Kamis, 31 Juli 2014

Pak Faisal Mengajakku Kembali (C17+)



Namaku Anita, kelahiran Samarinda, kuliah di fakultas
Ekonomi sebuah PTS cukup beken di kota
Malang, saat ini semester 6. Kabarnya teman
kuliahku bilang aku cukup manis untuk dipandang,
dengan ukuran buah dada 34C, tubuhku seolah
tak kuat menyangga buah dadaku. Tinggiku 165
cm dan beratku 60 kg, kulitku putih mulus dan
pantatku berisi. Tiap kuliah dengan kelebihan
yang kupunya aku berusaha menarik perhatian
semua orang dengan pakaian ketat dan rok
miniku berjalan melenggang. Semua mata tertuju
kepadaku ada juga beberapa berdecak kagum
atas kemolekan tubuhku dan, aku bangga
menyaksikan semua itu.
Terus terang aku sudah tidak perawan sejak usia
18 tahun pada waktu aku di SMA, karena
bebasnya pergaulan dan longgarnya tatanan
keluargaku aku bebas pergi kemana saja yang
kusuka. Keperawananku hilang saat aku
melakukan kegiatan “camping” bersama teman-
teman saat perpisahan sekolah di suatu tempat
pariwisata. Aku tidak menyesali karena kulakukan
atas dasar suka sama suka.
Kuliah sore ini adalah dosen favoritku. Faisal
namanya, wajahnya ganteng atletis dan banyak
sekali mahasiswi yang berusaha menarik
perhatiannya pada saat dia mengajar. Bahkan aku
pernah dari kakak tingkatku walau dia kelihatan
alim sebenarnya piawai juga dalam menaklukkan
hati wanita yang diincarnya. Pak Faisal sudah
berkeluarga tetapai masih banyak juga mahasiswi
yang tergila-gila melihat penampilannya termasuk
aku sendiri. Aku pilih tempat duduk paling depan
lurus dengan tempat duduknya biar aku dapat
dengan mudah dan puas memandangnya. Tak
lama kemudian Pak Faisal memasuki ruangan,
setelah memberikan salam dan berbasa-basi
pelajaran dilanjutkan. Aku tidak dapat konsentrasi
pada kuliah yang diajarkannya, pikiranku tertuju
pada wajah dan bodinya yang tepat berdiri di
depanku. Sesekali kugerakkan kakiku untuk
menarik perhatiannya dan dia terpancing,
diliriknya rokku yang cukup sempit itu, sreet. Dan
dipalingkan wajahnya pada pandangan lain, ah dia
kena, pikirku. Dan secara tidak sengaja
dilemparkan pandangannya pada daerah dadaku
Pak Faisal agak terbelalak melihat belahan
dadaku yang seolah mau melompat keluar karena
ketatnya T-shirt yang kukenakan.
Merah wajahnya seketika menyadari keadaan ini
dan dia pura-pura menulis di papan. Selang
beberapa saat dia melanjutkan membahas materi
kuliah dan kini aku yang benar-benar terkejut,
kulihat celana Pak Faisal ada yang menggembung
di bagian depan. Beberapa mahasiswa tersenyum
malu memandangnya bahkan ada yang sempat
terhenyak sampai menutup mulutnya.
Kubayangkan betapa besar batang kemaluan Pak
Faisal yang sekarang sembunyi di balik
celananya. Aku semakin terkagum dan merinding
membayangkan andaikan vaginaku yang sempit
ini sempat disinggahi oleh batang kemaluannya.
Ketika kuliah usai mahasiswi ramai
membicarakan kejadian yang baru berlangsung
yaitu menggembungnya celana Pak Faisal.
“Eh, Neti kamu lihat nggak anunya Pak Faisal
meradang”, tanya Nina sambil berbisik berbicara
dan menutup mulutnya. “Iya Nin, Aku jadi
merinding lho membayangkan, ngeri juga ya,
kalau kamu bagaimana Anita”, Tanyanya
kepadaku, mereka berdua denganku (jadi bertiga)
adalah kelompok belajar yang kadang suka
ngerumpi hal-hal yang jorok-jorok untuk
selingan, dan kedua temanku juga orangnya fair
dia mengaku sama-sama tidak perawan dan
senang melakukan hubungan seks dengan orang
yang di sukai. Yang jelas ketiganya ini memang
sedang berburu Pak Faisal, Karena konon
kabarnya Pak Faisal pernah juga terlibat beberapa
kali affair dengan mahasiswinya dan semua
berjalan santai-santai saja.
“Pasti dong, aku kan duduk depan sendiri jadi aku
paling jelas lihat burung raksasanya, benar juga
ya kali. Kakak tingkat kita itu yang pernah sama
dia pasti ketagihan dibuatnya,..” cerita Anita
berapi-api, ” Dan yang jelas aku pengin
mendapatkannya”, lanjutnya.
Setelah puas ngerumpi kiri, kanan, depan dan
belakang mengupas habis masalah dosen favorit,
aku berpisah dengan sahabatku untuk janji
bertemu besok dan akan berusaha bertemu
dengan Pak Faisal pada minggu depan, aku
berjalan kaki karena kebetulan mobil yang biasa
kupakai harus mengalami pemeriksaan medis di
bengkel. Tak kurasakan ada mobil berjalan pelan
mengikutiku sampai akhirnya kira-kira berjarak
300 meter di luar halaman kampus, kaca jendela
mobil terbuka dan kudengarkan suara yang tidak
asing menawari untuk mengantarku. Aku menoleh
dan, deg, deg, deg, jantungku seakan berhenti.
Pak Faisal yang baru saja kubicarakan tersenyum
manis mengajakku. Tanpa berkata lagi aku
langsung membuka pintu kiri dan kuletakkan
pantatku pada tempat duduk kiri. Mata Pak Faisal
tak luput melihat pahaku yang tersingkap dan
dengan cepat kututup pintu serta membenahi
letak dudukku yang terlalu sembrono itu.
Mobil berjalan lambat kuperhatikan interior di
dalamnya cukup mewah dengan lapisan karpet
halus dan bersih serta wangi, aku kerasan di
dalam mobilnya. Sesekali mata Pak Faisal
mengarah pada belahan dada yang padat berisi,
apabila jalan bergelombang tak ayal lagi dadaku
ikut turun naik sesuai irama jalan. Tak terasa
perjalanan sudah jauh melampaui arah kos-
kosanku. Sambil bercerita ringan Pak Faisal
memindahkan persnelling tanpa melihatnya dan…
secara tidak sengaja dia menyenggol pahaku,
cepat-cepat ditarik tangannya sambil
mengucapkan maaf berkali-kali. Aku tersenyum
saja padahal aku juga kepingin tangannya
berlama-lama di pahaku bahkan tidak hanya di
paha saja.
Tak terasa mobil dibelokkan pada restoran yang
mewah dengan fasilitas karaoke. Pak Fasial
memilih tempat yang asri dengan lokasi pribadi
ruang hanya untuk dua orang. Setelah makanan
tersedia Pak Faisal menikmati sambil bernyanyi.
Merdu juga suaranya, mesra di telinga. Ruangan
ber-AC tinggi membuat aku agak dingin, sengaja
kurapatkan dudukku untuk tidak terlalu dingin,
Pak Faisal masih terus bernyanyi. Dua lagu telah
selesai dinyanyikan dan dengan lembut
tangannya mulai memeluk bahuku dan… gila, aku
menikmati sekali. Tak lama kemudian dia semakin
berani mempermainkan rambutku, aku tetap
terpejam dan disentuh bibirku dengan tangannya
akhirnya perlahan dan lembut bibirnya merapat di
bibirku. Aku tidak menyia-nyiakan keadaan ini
dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku
untuk dinikmati dan kami saling berpagukan ketat.
Kuhisap mulutnya dia juga membalas tangkas
sampai aku hampir kehabisan nafas, dia tidak
diam dengan perlahan diraihnya payudaraku dari
luar kaos dan tangannya mulai menyibak kaosku.
Dingin terasa payudaraku disentuh jari yang
kokoh. Putingku tak luput dari jarinya dan
kurasakan pentilku mulai mengeras. Aku masih
tetap memeluk dan kuciumi lehernya. Perlahan
ditarikknya kaosku keatas hingga tinggal BH dan
rok miniku saja, dia semakin agresif saja
kelihatannya, Pak Faisal berdecak kagum melihat
buah dadaku meyembul besar seakan BH-ku tak
sanggup menampung semua payudaraku ini.
Didekatkan kumisnya pada susuku aku kegelian
dan kurasakan hangat lidahnya mengulum
pentilku, aku kegelian hebat. Rambut Pak Faisal
jadi sasaran untuk menahan geli, aku mengucek
dan menjambak rambutnya, tetapi dia semakin
menjadi. Susuku diberi cupang hingga nampak
merah pekat ganas sekali dia, pikirku.
Perlahan diraihnya leher dan aku ditidurkan di
atas sofa, lagu karaoke sendu menambah
gairahku semakin tinggi. Pak Faisal tak bosan-
bosan menciumi bagian tubuhku dan kurasakan
pahaku bersentuhan dengan tangan berbulu milik
Pak Faisal. Rokku disibak dan ditariknya keras
sehingga pengaitku lepas, gila cing… kini tinggal
celana dalamku yang berwarna ungu serta BH
dengan warna yang sama. Pak Faisal semakin
bernafsu, mulutnya menjalar kemana-mana aku
hanya gelisah dan mengerang, semakin aku
mengerang semakin ganas dia melakukan
aksinya.
“eeh, Pak, Pak, Faisal,aah”, Aku nggak betah saat
dia memainkan vaginaku dengan tangannya dan
dielus lembut bulu vaginaku yang mulai basah.
Aku kegelian saat jari tengahnya dimasukkan
kedalam lubang vaginaku, dia semakin bernafsu.
“hhmm, Hmm”, lenguhnya.
Aku semakin menjadi tak menentu, kekuatanku
hilang saat Pak Faisal dengan fasih menaruh
lidahnya dalam lubang kemaluanku, digigit-gigit
kecil kelentitku yang memanjang dan semakin
basah. Bunyi kecipak air kemaluanku menambah
Pak Faisal semakin berani menjulurkan lidahnya
pada bagian dalam. Aku semakin kegelian.
Semakin aku menggeliat mengangkat pantat
kurasakan sentuhan lidah dalam vaginaku dan
tangan Pak Faisal yang satu juga masih tidak mau
lepas pada payudaraku. Lengkap sudah kepuasan
saat ini. Semua daerah sensitif milikku telah
direngkuhnya. Tangannya sekarang sibuk
melepas baju dan kini dia tinggal celana saja.
Disuruhnya aku duduk dan dia berdiri, tanganku
dituntun ke arah celananya dan disentuhkannya
pada benda yang mengeras dibaliknya. Kuelus
lembut, kutempelkan mukaku pada celana
tersebut terasa berdenyut keras. Aku mulai tak
sabar kubuka retsleting celana Pak Faisal, kulihat
putih warna celana dalamnya dan… Astaga kepala
kemaluan Pak Faisal ternyata sudah keluar dari
kolornya kucoba meraba ujung kemaluannya,
keluar air sedikit agak liat. Celana dalam putih
kutarik ke bawah dan aku kaget setengah mati,
baru kali ini kulihat kemaluan lelaki kaku
mendongak ke atas, otot-ototnya kelihatan jelas
meradang dan ukurannya tak terbayangkan. Aku
was-was, digoyang-goyangkan kemaluannya ke
arah mukaku, terasa pipiku seperti dipukul palu.
Dengan senyum kupegang kemaluan Pak Faisal
dan… Wuuiihh tanganku tak cukup melingkari
bulat kemaluannya dan panjangnya kuperkirakan
sekitar 22 cm, dia juga tersenyum melihat
kebingunganku. Kulihat dia sambil melongo dan
dia tidak menyia-nyiakan waktu dengan
mendesakkan kemaluannya ke mulutku.
Mulutku yang kecil tidak muat mengulum
semuanya hingga masih banyak yang tersisa di
luar. Aku dengan menganga penuh kususahan
agar kemaluan Pak Faisal masuk dalam rongga
mulutku, tetapi masih tidak bisa. Akhirnya aku
jilati secara merata, dia mulai menggelinjang dan
melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk
dan keluar dengan mulutku dia semakin tidak
karuan juga geraknya. Dengan susah payah
kukelomoh kemaluan Pak Faisal yang besarnya
seperti botol, semakin cepat dan semakin cepat.
Kurasakan ada cairan manis keluar sedikit di
mulutku. Kuhisap semakin kuat dan kuat, Pak
Faisal pun semakin keras erangannya. Pak Faisal
mulai ingat tangannya bekerja lagi mengelus
vaginaku yang mulai mengering basah kembali.
Mulutku masih penuh kemaluan Pak Faisal dengan
gerakan keluar masuk seperti penyanyi karaoke.
Aku tersentak merasakan Pak Faisal menarik
kemaluannya agak keras menjauh dari mulutku
dan dengan sigap ditidurkannya aku di atas
karpet, kedua kakiku diangkat diletakkan di atas
pundaknya kiri kanan sehingga posisiku
mengangkang, dia bisa melihat dengan jelas
vaginaku yang kecil namun kelihatan gemuk
seperti bakpau. Kulihat dia mengelus
kemaluannya dan menyenggol-nyenggolkan pada
vaginaku aku kegelian. Aku bersiap dibukanya
kemaluanku dengan tangan kiri dan tangan kanan
menuntun penisnya yang gede menuju lubang
vaginaku. Didorongnya perlahan, sreett, dia
melihatku sambil tersenyum dan dicobanya sekali
lagi, mulai kurasakan ujung kemaluan Pak Faisal
masuk perlahan. Aku mulai geli tetapi agak sakit
sedikit. Pak Faisal melihatku meringis menahan
sakit dia berhenti dan bertanya, “Sakit ya..”, Aku
tidak menjawab hanya kupejamkan mataku ingin
cepat merasakan kemaluan besarnya itu.
Digoyangnya perlahan dan… Bleess digenjotnya
kuat pantatnya kedepan hingga aku menjerit,
“aauu.” Kutahan pantat Pak Faisal untuk tidak
bergerak. Rupanya dia mengerti vaginaku agak
sakit dan dia juga ikut diam sesaat. Kurasakan
kemaluan Pak Faisal berdenyut dan aku tidak mau
ketinggalan. Aku berusaha mengejan sehingga
kemaluan Pak Faisal merasa kupijit-pijit. Selang
beberapa saat vaginaku rupanya sudah dapat
menerima semua kemaluan Pak Faisal dengan
baik dan mulai berair sehingga ini memudahkan
Pak Faisal untuk bergerak. Aku mulai basah dan
terasa ada kenikmatan mengalir di sela pahaku.
Perlahan Pak Faisal menggerakkan pantatnya
kebelakang dan kedepan, aku mulai kegelian dan
nikmat. Kubantu Pak Faisal dengan ikut
menggerakkan pantatku berputar.
“Aduuhh, Anita”, erang Pak Faisal menahan laju
perputaran pantatku rupanya dia juga kegelian
kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya
pantatku kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru
dengan menahan pantatku kua-kuat itulah aku
menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya
dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia
semakin kuat memegangnya. Kulakukan lagi
gerakanku berulang dan kurasakan telur
kemaluan Pak Faisal menatap pantatku licin dan
geli. Rupanya Pak Faisal termasuk kuat juga
berkali-kali kemaluannya mengocek kemaluanku
masih tetap saja tidak menunjukkan adanya
kelelahan bahkan semakin meradang. Kucoba
mempercepat gerakan pantatku berputar semakin
tinggi dan cepat kulihat hasilnya Pak Faisal mulai
kewalahan dia terpengaruh iramaku Yang
semakin lancar. Kuturunkan kakiku mengkamit
pinggangnya, dia semakin tidak leluasa untuk
bergerak sehingga aku bisa mengaturnya. Aku
merasakan sudah tiga kali vaginaku
mengeluarkan cairan untuk membasahi kemaluan
Pak Faisal tetapi Pak Faisal belum keluar juga.
“Kecepek, kecepek, kecepek”, bunyi kemaluanku
saat kemaluan Pak Faisal mengucek habis di
dalamnya aku kegelian hebat, “Anita, aku mau
keluar, Tahan ya…” Pintanya menyerah. Tanpa
membuang waktu kutarik vaginaku dari
kemaluannya, kugenggam dan dengan lincah
kumasukkan bonggol kemaluan tersebut kedalam
mulutku, kukocok, sambil kuhisap kuat-kuat,
kuhisap lagi dan dengan cepat mulutku maju
mundur untuk mencoba merangsang agar air
maninya cepat keluar. Mulutku mulai payah tapi
air mani yang kuharapkan tak juga keluar. Kutarik
kemaluannya dari mulutku. Pak Faisal tersenyum
dan sekarang telentang. Tanpa menunggu
komando kupegang kemaluannya dan kutuntun
kelubangku dengan mendudukinya. Aku bergerak
naik turun dan dia memegang susuku dengan
erat. Tidak lama kemudian ditariknya tubuhku
melekat di dadanya dan aku juga terasa panas.
Sreet, sreett, srreett kurasakan ada semburan
hangat bersamaan dengan keluarnya pelicin di
vaginaku dia memelukku erat demikian pula aku.
Kakinya dijepitkan pada pinggangku kuat-kuat
seolah tak bisa lepas. Dia tersenyum puas. “Nita,
tak pernah aku merasakan vagina kecil seperti
punyamu ini, nikmat gila memijit punyaku sampai
nggak karuan rasanya, aku puas Nit.””aahh
Bapak bohong, berarti sering dong ngerasain yang
lain”, manjaku.
Dia tidak menjawab hanya tersenyum dan
kembali mengulum bibirku kuat-kuat. Akhirnya
kita keluar dari karaoke dan pulang menuju ke
rumah. Kini tangan Pak Faisal menempel pada
pahaku dan tanganku menempel di celananya.
Sesekali kusandarkan wajahku di dadanya dan
jari nakal Pak Faisal mulai beraksi dengan manja.
Kurasakan gumpalan daging kemaluan Pak Faisal
mulai mengeras lagi, dia tersenyum melihatku
dan dipinggirkan mobilnya pada tempat yang
cukup sepi. Kugosok pelan pelan kemaluan Pak
Faisal semakin mengeras. “Gila baru main sudah
minta lagi rupanya, wah gawat ini bisa nggak
pulang dong malam ini”, pikirku.
Diciumnya kening dan pipiku dan dia berkata
manja.”Kalau sekarang Nita boleh ngeluarin
punyaku ini dimulut seperti tadi”, aku terbelalak
rupanya dia mengerti keinginanku tadi belum
kesampaian dan inilah saatnya. Tanpa ba bi bu
lagi kuarahkan ke bawah retsleting celananya dan
aku kaget ternyata Pak Faisal tidak memakai
celana dalam, gila dia sudah ngerti rupanya. “Lho
Kemana CD-nya pak”, tanyaku pura-pura
bingung.”Sudah tak taruh di bagasi kok”,
jawabnya kalem sambil mendorongkan kepalaku
ke arah kemaluannya. Aku menurut, malam ini
aku bebas berbuat apa saja terhadap kemaluan
Pak Faisal. Kuhisap dengan berbagai cara agar
aku puas dan puas, kursi ditarik kebelakang
jadilah posisi Pak Faisal seperti orang setengan
telentang aku semakin leluasa menghisap
kemaluan itu. Tangan Pak Faisal pun tak tinggal
diam diselipkan pada vaginaku yang basah lagi,
dia juga berusaha memasukkan jari tengahnya
penuh ke vaginaku, sesekali diremasnya kuat
susuku saat dia kegelian.
Kulepas mulutku, kulihat kemaluannya itu lagi
sambil kugosok naik turun seperti onani, aku
kagum melihat ukurannya. Kuhisap lagi berulang
sampai aku puas. Aku mulai merasakan adanya
cairan manis keluar dari ujung kemaluannya. Aku
terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-
goyangkan telur kemaluan Pak Faisal, dia
kegelian dengan mengucek vaginaku dalam-
dalam.
“eehh, sstt, aahh”, kudengar erangannya mulai
tidak karuan, aku terus melakukan hisapan,
kuluman dan jilatan pada kemaluan yang
membonggol itu dan hasilnya luar biasa. “Nit, aku
mau keluar nih.” Mendengar perkataan itu aku
semakin gencar melakukan hisapan sambil
tanganku bergerak naik turun untuk mempercepat
rangsangannya. Dan tak lama kemudian, “Sreett…
srreett..” kurasakan dua semburan air warna
putih pekat masuk mulutku terasa agak manis
asin. Karena kuatnya semprotan dari kemaluan
Pak Faisal kurasakan ada air mani yang langsung
masuk tertelan. Aku bertahan sambil terus
menghisap dan dia semakin tidak karuan
tingkahnya. Kuhisap terus sampai terasa tidak
ada lagi air mani yang keluar dari kemaluan Pak
Faisal. Kubersihkan kemaluan Pak Faisal dengan
menjilatinya sampai bersih. Aku puas merasakan
semuanya dan Pak Faisal pun demikian. Masih
terus kujilati dan kudorong keluar masuk
kemaluan Pak Faisal dia terus mengerang tidak
karuan. Aku bahagia, sebentar kemudian
kurasakan kemaluannya mulai mengecil dan
lemas, pada saat kecil dan lemas tersebut aku
merasakan mulutku mampu melahap
kemaluannya secara menyeluruh.
Diciumnya keningku yang basah keringat, tepat
pukul 22.00 aku sudah sampai di Kos-ku dan
berharap suatu saat Pak Faisal mengajakku
kembali. Pada esoknya sahabatku hanya
ternganga mendengar ceritaku yang telah berhasil
berkencan dengan Pak Faisal sampai keluar air
maninya dua kali, dia mengatakan aku curang
karena tidak memberi tahu bagaimana cara
menggaet Pak Faisal. Aku cuek saja dan sampai
kini walaupun aku sudah berkeluarga aku masih
sering membayangkan kemaluan Pak Faisal yang
tegak menantang itu, hal ini dikarenakan suamiku
orangnya pekerja keras sehingga lupa waktu dan
jarang memberikan nafkah batin yang cukup,
tetapi sayang sejak menikah aku tidak pernah
ketemu lagi sama orang yang memiliki kemaluan
dan permainan seks yang hebat

0 komentar:

Posting Komentar