Kamis, 31 Juli 2014

Dokter dan Pasien (17+)

Ini adalah salah satu pengalaman
cerita panas yang dialami oleh
salah satu dokter. Memang cerita
dewasa ini sebuah hal yang
terkadang di alami oleh seorang
dokter kalau dokter melihat
pasiennya yang cantik dan mulus.
Terkadang dokter baru juga suka
ngentot dengan cewek kampung
yang lagi ingin di suntuk pakai
kontol dokter pula. Bagaimana
ceritanya, Namaku Rendi,seorang
spesialis kandungan dokter di
rumah sakit negeri di kota
S*******G. Umurku 35 tahun tapi
aku belum nikah, jangan salah
bukan karena aku tidak ganteng
tapi pacarku sedang
menyesaikan S3 nya di amrik,
makanya nungguin dia selesai dulu.
Tinggiku 180 cm karena hobiku juga
main basket, kulit putih , dan wajah
yang bikin cewek pada ngiler.
Dengan punya pacar bukan berarti
aku ngga “ngobyek” dengan yang
lain. Terus terang aku punya
beberapa affair dengan dokter
wanita di sini atau anak kedokteran
yang masih koass. Tentu yang aku
pilih bukan sembarangan, harus
lebih mudan dan cantik.
Sebenernya sudah banyak yang
mencoba menarik hatiku tapi
sejauh ini aku belum mau serius
dan kalau bisa aku manfaatin
selama jauh dengan pacarku. Sudah
banyak yang aku banyak yang aku
perdaya tapi…ada satu orang yang
membuatku sangat penasaran.
Namanya Fatimah, umurnya sekitar
22 tahun, dia anak koas dari
perguruan tinggi negeri dari kota
yang sama.Kebetulan aku jadi
residennya. Wajahnya cantik dan
tatapannya teduh, dia juga
berjilbab lebar berbeda dengan
anak lainnya, walaupun affairan aku
pun sebenernya ada juga yang
berjilbab, tapi tidak seperti dia.
Tinggi semampai sekitar 165 cm,
dengan tubuh yang padat tidak
kurus dan tidak gemuk, sesuai
seleraku. Jilbabnya pun tidak
mampu menutupi lekukan
dadanya, aku taksir kalau tidak 36B
mungkin 36C. Tutur katanya yang
lembut dan halus benar-benar
membuatku mabuk. Apalagi dia
sangat menjaga pergaulan.
Sesekali aku coba berusaha bicara
dengannya tapi dia selalu
menundukkan wajahnya setiap
bicara denganku. Dia pun tidak
menyambut tangaku ketika aku
ajak untuk bersalaman. Kulit
putihnya sangat halus ketika aku
coba perhatika di pipi dan ujung
tangannya, tahi lalat di atas bibir
semakin menambah kesan manis
darinya.
"Mah…kita makan bareng yuk, aku
yang traktir. ujarku berusaha
membujuk untuk bisa pergi bareng.
Terima kasih Dok…saya dengan
teman-teman saja. Ujarnya halus.
Jangan panggil
Dok…panggil saja kak. “baik Dok…
eh…kak”. “tapi terima kasih
tawarannyaaku bareng teman
saja…”, “kalau begitu sekalian ajak
saja teman kamu” setengah
berharap dia mau menerima.
“terima kasih Dok..eh kak, nanti
merepotkan, teman-temanku
makannya banyak lho” sahut dia
sambil tetap menundukkan
kepalanya. Kadang gurauan ringan
itu yang tidak pernah aku dapatkan
dari pacarku atau teman affair-ku.
aku tersenyum kecil mendengar
alasannya yang sangat lucu…
humoris juga dia, “baiklah…
mungkin lain kali” kataku
“oh ya, jika ada apa-apa masalah
administrasi di sini atau masalah
kerjaan jangan sungkan bicara aja
ya, nanti aku bantu” aku masih
berusaha mencari celah.“Terima
kasi pak ehh..kak…saya pamit”
sambil berlaluAku perhatikan dari
belakang, roknya yang juga lebar
tidak bisa menutupi lekukan
pantatnya yang bergoyang
mengikuti langkah
kakinya..perfect…aku menggeleng.
Dia berbeda sekali dengan nita…
anak koas 2 tahun lalu yang pernah
aku perawani juga. Sama-sama
berjilbab walau tak selebar dia. Nita
pun awalnya agak jual mahal…
walau aku tau dari cara
memandangnya dia suka aku.
Dengan beberapa rayuan akhirnya
aku bisa memerawani dia di sebuah
hotel. Tidak dengan paksaan dan
sangat mudah. Affair kita berlalu
dengan selesainya masa koas dia,
juga karena dia tahu aku punya
affair juga dengan temannya. Dia
berbeda sekali, sulit sekali
menaklukannya. Setiap aku melihat
dia selalu aku lihat setiap geriknya,
senyumnya, tawanya, selalu
terbayang. Saat aku sedang
melamun tiba-tiba dari arah
belakangku ada yang memeluk dan
terus menarikku.
“Ngelamun nih…” dengan suara
yang diparaukan
“Mhh…Rasya…kamu nih ganggu
saja” sambil melepaskan pelukan
dia.
“kamu sekarang jarang ke ruangku
lagi” rengeknya.Rasya ini sesama
dokter di sini, umurnya sekitar 27
tahun dan sudah bersuami.
Sayangnya suaminya bekerja di
lepas pantai sehingga jarang
bertemu dan memberikan nafkah
bathin padanya.Memang aku sering
ke ruangnya dulu…sekedar
bercumbu dengan bumbu oral yang
bisa membuat dia melayang. Tapi
kami tidak pernah sampai
melakukan jauh karena dia pun
tidak mau, ya akupun tidak
memaksa. Tidak semua affairku
selalu aku tiduri…yang penting ada
penawaran rindu dan bisa
memuaskanku walau tidak sampai
melakukan senggama.
“Aku sibuk Rasy…banyak yang
melahirkan juga jadi residen”
ujarku sambil memegang
pinggangnya.“tidak ada waktu
untuk aku?…sebentar saja…” lalu
dia memagut bibirku dan
selanjutnya kami pun
bercumbu.Satu persatu aku buka
kancing blousenya aku temukan
dua gunung kembar yang jarang
dijamah pemiliknya. Aku cumbu
dan ciumi dengan lembut. Tapi…
sepintas aku ingat Fatimah lagi dan
akupun menghentikan aktifitasku.
“Kok berhenti…” Rasya pasti sedang
mulai terangsang. “Maaf Rasy…aku
ga konsen banyak pekerjaan…”. “Ya
sudah…” ujarnya tersungut sambil
mengancing kembali blousnya
terus berlalu.
Sore itu aku sedang membantu
persalinan, sengaja aku panggil
Fatimah untuk mendampingiku.
Wajahnya senang sekali karena
jarang mendapat kesempatan
untuk mendampingi dokter saat
persalinan seperti ini.Tidak
mungkin kan semua masuk, ya aku
beralasan yang lain tunggu giliran.
DIa berusaha menjadi asistenku
dengan baik, saat memberikan
gunting aku sengaja pura-pura
tidak tahu menyentuh tangannya…
tapi langsung dia tarik. Gagal lagi
upayaku…tapi aku sudah senang
dengan melihat wajahnya dari
dekat selama persalinan itu.
Sekeluar dari ruang bersalin
“Terima kasih ya kak…jarang ada
kesempatan begitu…”. “Kamu mau
aku bikin begitu…” sambilku
melirik seorang ibu hamil yang
kebetulan lewat. “yee…ga lah,
makanya cepet cari istri
sana…”sambil tersenyum dan
berlalu. Aku kaget…kok dia tau ya…
Sore itu langit mendung dan gelap
sekali. Hujan mulai turun rintik-
rintik, aku memacu FORTUNER ku ke
luar ruang parkir. Aku melihat
Fatimah berlari keluar sambil
menutupi kepalanya dengan tas
agar tidak terkena
hujan.“kesempatan”…tin..tin..a ku
klakson dia. “Mau pulang? bareng
aja yuk…kayaknya mau hujan besar
nih” selalu saja aku cari
kesempatan. “Terima kasih kak…
aku naik angkot saja…sudah biasa
kok” katanya. hujanpun makin
deras.“bener lho…ga apa-apa kok
aku antar kamu sampe kos”.“Terima
kasih kak, ga enak kalau dilihat
orang bisa jadi fitnah”mhh…gilaa…
ini semakin membuatku jatuh cinta
sama dia, aku janji dalam hati, kalau
saja aku bisa dapatkan dia aku akan
putuskan semua affairku, aku
benar-benar jatuh cinta pada dia.
Tidak berapa lama hujan semakin
deras, bahkan aku sulit melihat
jalan saking derasnya hujan.
Sampai aku tertidur jam 10 malam
ini hujan masih juga belum
berhenti.
Keesokan harinya, aku harus
membantu persalinan lagi dan aku
mencari Fatimah.“Fatimah tidak
masuk hari ini dok” sahut Rinda
teman sekampusnya sambil
membedong bayi di ruang
bayi.“Dia sakit? aku mau minta
tolong bantu persalinan lagi”
kataku.“Tidak tau dok…saya tidak
dapat kabarnya” sahutnya sambil
melihatku dengan sopan.Aku lihat
Rinda manis juga, berjilbab lebar
sama dengan Fatimah, walau tidak
secantik Fatimah, Rinda bisa juga
dikatakan high quality. Tingginya
paling hanya 155 atau 160 cm, tapi
tubuhnya proporsional. Dadanya
tidak sampai terlihat betul
lekukannya seperti Fatimah,
kulitnya kuning bersih, kacamata
yang dia kenakan semakin
membuatntya lebih terlihat
anggun. Aku pandangi seluruh
tubuhnya, berbeda juga dengan
Fatimah, dia tidak sungkan untuk
berbicara langsung dan melihatku,
walaupun dia juga sama-sama
menjaga pergaulan.
“Ya sudah kamu saja ya…bantu saya
persalinan…”dia tersenyum senang
“Terima kasih dok…”Keesokan
harinya aku masih belum
menemukan Fatimah. akhirnya aku
di bantu Rinda lagi “Kamu tau
nomor telepon atau kos Fatimah
Rin..”
“Tidak dok…kita beda kos…kenapa
gitu?”
“mhh..atau dokter…hihihi…suka
sama dia ya” sahutnya sambil
tersenyum
“tidak…cuma dia itu cekatan dan
pintar…makanya saya suka sekali
kalau diasisteni dia…lagian juga dia
ngga akan mau sama aku ini”.
“Iya dok…banyak yang sudah mau
khitbah dia..tapi dia tidak mau…dia
mau selesaikan dulu kuliahnya…dia
itu baik dan cantik lagi” sambil
mengikuti langkahku di ruang
persalinan.
“Kamu juga cantik…” aku mulai
mengeluarkan racunku, kalau ga
dapet yang poin 9 ya minimal 7
atau 8 juga tidak apa-apa. Yang
penting aku pengen sekali bisa
memerawani wanita berjilbab
lebar ini. Karena setauku mereka
selalu menjaga diri dan
pergaulannya. Tantangan tersendiri
untuk aku.Rinda tidak menjawab,
hanya tersenyum sambil
menunduk.
Hari keempat baru kulihat Fatimah
datang, namun tak seperti
biasanya. Biasanya Fatimah selalu
ceria, kali ini tidak. Wajahnya
murung dan tatapannya kosong.
Kulihat teman-temannya berusaha
bertanya dan berkumpul di
sekitarnya. Entah apa yang mereka
bicarakan terkadang Fatimah
tersenyum walau getir.
Saat istirahat ku coba dekati. “Kamu
sakit Mah?”
“Nggak kak” lemah sekali bicaranya
“Kenapa kamu murung, ada
masalah?”
“ah nggak kok” Fatimah mencoba
tersenyum walau aku lihat tidak
bisa menutupi kemurungannya.
“Ngga ada masalah cuma agak
kurang sehat aja, maaf saya mau
makan dulu kak” sambil berlalu
meninggalkanku.
“Ya sudah kalau kamu ngga apa-
apa, kalau kamu butuh bantuan
jangan ragu minta tolong ke aku
ya”
“iya kak, terima kasih”
Esokan hari-nya hari jum’at, aku
berencana pulang agak cepat.
Maksudku, aku mau tidur dulu
sebelum agak malam nanti aku
bangun dan pergi clubbing di club
terkenal di kota ini. Ketika aku
sedang membereskan buku dan
berkas yang aku masukkan ke tas,
tiba-tiba pintu kantorku di ketuk,
“Silahkan masuk”.“Maaf, apa saya
mengganggu kakak…” aku lihat
sesosok wanita dengan kemeja
pink berbalut blazer putik khas
dokter, jilbab pink dan rok putih.
Cantik sekali dia terlihat. Wajahnya
sambil agak menunduk walau dia
coba beranikan diri melihat
wajahku.
“Ada apa Mah, tidak menggnggu
kok, saya sedang membereskan
berkas” ujarku santai. “Ada yang
bisa saya bantu?”
“Kakak besok ada acara?”
Aku tersentak, tumben sekali dia
bicara ini. “Tidak…tidak…ada apa?
besok aku bebas kok” Aku
melupakan janjiku untuk bertemu
Dian, passienku yang pernah aku
tolong persalinannya. Dia hamil
oleh pacarnya, tapi kemudian
pacarnya pergi tidak bertanggung
jawab. Karena aku yang
menolongnya hubungan kamipun
dekat, dan tidak perlu dijelaskan
detail apa yang kami lakukan,
karena bukan inti dari cerita ini,
yang pasti kami lakukan dengan
aman.
“Saya mau minta tolong, besok aku
mau pindah kos, apa kakak bisa
bantu bawakan barang”
“Oh…tentu, jam berapa?”
“AKu tunggu di kos ku ya kak, jam 9,
sini alamatnya saya tuliskan dulu”
Fatimahpun menuliskan alamat
pada secarik kertas di atas mejaku,
aku terus memandanginya tanpa
berkedip. perfect girl.“Terima kasih
kak, maaf sekali saya sudah
merepotkan” sambi memberikan
kertas kepadaku, sedikit nakal aku
pura-pura tidak sengaja
menyentuh tangannya. lembut
sekali dan…tak seperti biasanya dia
menarik tangannya, kali ini dia
membiarkan tanganku menyentuh
tangannya.
Fatimah pun berlalu sambil
meninggalkan gerak pinggul yang
sangat menarik, “aku harus
memilikinya”. Aku segara batalkan
semua agenda dan janjiku, aku
segera tidur dan tidak sabar
menunggu datangnya esok. Saat
pertama kali berdua dengan dia.
Esokan harinya aku datang tepat
waktu di alamat yang sudah
diberikannya. Sebuah rumah kos
yang cukup besar walau agak tua,
bangunan inti pemilik rumah ada di
depan, sedangkan bagian
depannya gedung baru berlantai 2
dengan pola bangunan khas
tempat kos. Aku lihat beberapa
orang berkumpul dihalaman depan
juga Fatimah dengan mengenakan
jilbab putih, kemeja biru dan rok
panjang biru donker.
“Kenapa pindah nduk…padahal ibu
seneng kamu di sini, kamu suka
bantuin ibu”
kata seorang wanita berumur lebih
dari separuh baya.
“iya bu…aku mau cari suasana lain
aja, supaya aku bisa tenang bikin
laporan”
“Kalau kak Fatimah ngga ada, kalau
diantara kita ada yang sakit siapa
yang bantuin” seorang wanita
muda yang aku tebak masih maha
siswa juga menimpali.
Fatimah tersenyum sambil
mengacak-acak rambut teman
kosnya itu “kamu boleh kok main
ke sana”. “Bu, kenalkan ini dokter
Budi, yang bantuin saya pindahan”
sambil mengenalkan aku tanpa
sedikitpun mengenalkan aku pada
seorang pria tua yang ada di
sebelah ibu kosnya itu. Sama sekali
wajahnya tidak bersahabat.“Oala
aku kira bojo mu nduk…gantenge…”
ku tersenyum dalam hati
mendengarkan ucapan ibu kosnya
itu.“ah ibu bisa aja…” Fatimah
tersipu. Aku berharap itu menjadi
nyata, dan tidak hanya menjadi
pacarnya tapi aku bisa mengambil
semuanya dari dia.Semua
temannya berusaha membantu
memasukkan kardus ke dalam
fortunerku, tidak lama hanya 1 jam
semua barang sudah dimasukkan.
Kami pun segera pamit, pertama
kali dia duduk bersebelahan
denganku. AKu menancap gas
stelah sebelumnya melambaikan
tangan dulu pada ibu kos itu dan
teman-temannya, wajah pria tua
yang aku kira adalah suami dari ibu
kos itu masih tetap tidak
bersahabat. Mataku coba melirik
nakal padanya, tatapannya kosong
melihat pemandangan di sekitar
jendela. Lekukan dadanya begitu
nampak dan close up di hadapanku,
napasnya naik turun semakin
membusungkan dadanya yang
tertutup jilbab putihnya. Rok biru
donkernya berbahan lembut,
sehingga gampang jatuh, aku lihat
bagian tengah rok antara kedua
pahanya jatuh ke paha sehingga
menampakkan bentuk pahanya
yang jenjang dan penuh. Fatimah
masih menikmati pemandangan
sisi jalan dan tidak sadar kalau aku
memperhatikan tubuhnya. Aku
memacu mobil menuju alamat
yang sudah dia beritahukan
sebelumnya.
Di perumahan itu, rumah type 21
yang dia tempati. Luas tanahnya
masih sangat luas belum
termaksimalkan. Sisi kanan kiri
rumah masih kosong dan membuat
jarak dengan rumah disampingnya.
Aku pun segera membantu
menurunkan barang dan
membereskan barang di rumah
tersebut, hanya berdua. aku
pandangi wajahnya, perhatikan tiap
lekuk tubuhnya yang membuat
penisku tegang.
Sore itu aku mandi di rumah
kontrakannya, aku tidak pernah
lupa membawa alat mandi di
mobilku. begitu juga Fatimah yang
mandi sebelum aku, meninggalkan
bau harum menyengat di kamar
mandi.
“Kak, makan malam di sini saja ya,
sudah aku masakkan” tawarnya
“Baik lah, pasti masakannya enak
sekali” timpalku, padahal aku masih
ingin berlama-lama dengan
dia.Selepas makan malam kami pun
bercengkrama. Semua barang telah
kami rapihkan bersama, hari itu aku
habiskan waktu bersama. “Akhirnya
selesai juga ya Mah, capek juga ya”
sahutku mencoba mencairkan
suasana, sambil duduk di
sebelahnya yang sedang
mengupaskan mangga untukku.
Fatimah tersenyum manis sekali,
“Iya kak, kakak capek ya, mau aku
suapin mangganya?”.aku kaget
dengan tawarannya aku berusaha
tenang “boleh”.
Dia pun memberikan mangga yang
ada ditangannya, dengan nakal aku
coba melahap mangga sampai ke
jarinya, sehingga bibirku
menyentuh jarinya. Dia tarik jarinya
dari mulutku pelan sekali, sambil
tersenyum. “oh god…sweet” ujarku
dalam hati. “Mangganya manis…
apalagi sambil lihat kamu” aku
memancing. Fatimah hanya
tersenyum, “mau lagi?” tawarnya,
akupun mengangguk.
Suapan kedua ini jarinya lebih lama
berada di dalam mulutku. Sengaja
tidak aku lepaskan dan si empunya
jari lentik itu tidak keberatan, dia
hanya diam menunggu.
Tangan kiriku menyentuh tangan
kanannya itu lembut, dia tidak
menolak. aku tempatkan telapak
tangannya yang lembut di pipiku,
sambil menatap wajahnya.
Wajahnya bersemu merah. Mata
kami saling menatap, wajah kami
semakin mendekat…dekat dan
dekat…sehingga aku rasakan
nafasnya menentuh wajahku.
Tangan kananku meraih dagunya
yang lembut seolah tidak ada
tulang di dagunya itu. sedikit aku
tarik dagunya sehingga bibirnya
terbuka, sengal nafasnya bisa aku
rasakan. Ini mungkin rasanya
seorang wanita yang pertama kali
melakukan kissing, wanita yang
selama ini berusaha menjaga
kehormatannya dan tidak pernah
disentuh siapapun sebelumnya.
Matanya terkatup, cantik sekali dia
malam ini.
Akupun mendekatkan bibirku
dengan bibirnya, aku pagut
lembut…dia tidak membalas juga
tidak menolak.Kembai aku pagut
bibirnya, lembut dan manis
kurasakan. ku pagut bibir ats dan
bawahnya bergantian. Kali ini dia
mulai merespon, dia membalas
pagutanku dengan memagut
bibirku juga, basah dan
indah.Pagutan kami semakin liar,
aku pindahkan kedua tanganku
disamping wajahnya dengan posisi
jari jempol menempel ke pipinya
yang lembut.Keempat jariku
berada di bawah telinganya yang
masih tertutup jilbab. aku semakin
menarik wajahnya mendekatiku,
kecupanku semakin liar yang aku
yakin membangkitkan
gairahnya.“mhh…
ummm….aummmmm…” bergantian
kami mengecupi bibir kami.
Kini tangan kiriku melingkari leher
hingga kepundak belakangnya,
sedangkan tangan kananku
menyusup melalui bawah jilbab
putihnya yang lebar kemudian
mencari gundukan lembut tepat di
dadanya. Tangan kananku
menyentuh sebongkah gundukan
lembut yang masih tertutup bra.
“Mhh…payudara yang sangat
indah”.
Tangan kananku pun mulai
meremas lembut payudara itu.
“ehhhmmm…mhhmhh…mmhhhhh”
Fatimah kaget dan mendesah
sambil tetap berpagutan dengan
bibirku. Sekitar 2 menit meremas-
remas dada kirinya, tangan kananku
mencoba mencari kancing
kemejanya. Dan ku buka satu demi
satu hingga meninggalkan
beberapa kancing bagian bawah
yang tetap terpasang.Tangan
kananku lebih aktif lgi masuk ke
dalam kemejanya, benar saj,
gundukan itu sangat lembut, ketika
kulit tanganku bersentuhan
dengan kulit payudaranya yang
halus sekali.
Tanganku menyusup diantar bra
dan payudaranya, meremas lembut
dan sesekali memilin putingnya
yang kecil dan nampak sudah
mengeras. “mhhh…ummmmm,
….aahhh,…mmhh…..m
mmm….mmmmphh….” mulutnya
terus meracau mencoba menikmati
setiap remasanku, matanya masih
saja terpejam seolah dia tidak mau
melihat kejadian ini atau dia
sedang berusaha benar-benar
meresapi rangsangan yang aku
buat.
Aku tarik pundaknya sehingga
tubuhnya terbaring ke samping
kiriku, dan aku pun menarik bibirku
dari bibirnya dengan sedikit suara
kecupan yang menggambarkan dua
bibir yang sudah lengket dan sulit
dilepaskan. “mhuachh…aahhh”
wajahnya memerah dan matanya
masih terpejam, cantik sekali. Kini
tangan kananku mengangkat
jilbabnya ke atas, memberikan
ruang agar kepalaku bisa masuk
kedalamnya. AKu mencium bau
harum dari keringatnya yang mulai
mengalir. Dalam keremangan aku
milihat leher jenjangnya yang
putih dan halus, tanpa membiarkan
waktu berlalu aku segera
mengecupnya lembut dan
kecupanku semakin ganas di
lehernya “aahhh….eengg…ehhhh…
aahhh ….aaa hhh….” mulutnya tak
berhenti meracau. Tangan kananya
meraih belakang kepalaku dan
menekankan kepalaku agar
semakin menempel di lehernya,
sedangkan tangan kirinya
mendekap punggungku.
Untungnya jarang rumah ini
dengan rumah sebelah lumayan
jauh, sehingga desahan kami tidak
terdengar oleh rumah sebelah. Aku
tidak lupa meninggalkan cupang di
lehernya, lalu ciumanku pun turun
ke dadanya.
Tangan kananku mencari sesuatu di
balik punggungnya, ya kait bra.
Setelah aku dapatkan langsung aku
lepaskan. Terlepaslah bra yang
selama ini menutupi keduap
payudara indah itu agar tidak
meloncat keluar. lalu tangan
kananku menarik bra agak ke atas
ke leher Fatimah, sehingga
terpampang dua gunung kembar
yang sangat mengagumkan. Benar
saja 36C. Aku mulai mencium
payudara kanan Fatimah, aku
lakukan masih di dalam jilbabnya,
dan akupun tidak melepas semua
kancing kemejanya, sehingga tidak
semua bagian tubuhnya terlihat.
Namun, itu membuat sensasi
percintaan semakin terasa, tangan
kananku sibuk meremas payudara
kananya yang saat ini sudah tidak
berpenutup lagi. “aaahhhh…
kaaakk….ahhh…..m hhh…k
ak…..aduuhh…..mhh….. ” Fatimah
tidak kuat menahan rangsangan ini,
kepalanya menggeleng ke samping
kanan dan kiri, tangan kanannya
semakin kuat membekap wajahku
ke arah dadanya. Kini tangan
kananku melepas remasan di
dadanya, mulai turun ke bawah,
menyentuh kakinya yang masih ber
kaos kaki. tangan kananku menarik
roknya menyusuri betis yang
tertutup kaos kaki panjang hampir
selutut, setelah itu tanganku
menemukan kulit halus yang putih.
Tangan kananku menyusuri paha
kirinya dan membuat roknya
terangkat sebatas perut. tangan
kananku membelai-belai paha
kirinya dan ciumanku sekarang
sudah mendarat di payudara
kirinya. “ahhh…
kaaaakkk….kakaaa….k k…ahh …”,
nafas Fatimah semakin tersengal-
sengal, aku tidak lupa
meninggalkan cupang juga di
payudara kirinya yang sangat
lembut. Penisku semakin tegang.
Lalu aku tarik wajahku dari
dadanya, aku duduk di samping
tubuhnya yang terbaring. Bulir
keringat mulai membasahi
wajahnya yang putih, nafasnya
tersengal, matany amasih
terpejam, bibirnya terbuka sedikit.
Rok bagian kiri sudah terangkat
sampai ke perut, menyisakan
pemandangan paha putih jenjang
nan indah, namun betisnya
tertutup kaos kaki yang cukup
panjang.
Tangan kananku masuk ke bawah
kedua lututnya, tangan kiriku
masuk ke dalam lehernya, aku pun
memagutnya lagi dan dia faham
apa yang aku maksud. Dia
kalungkan kedua tangannya ke
belakang kepalaku. “Jangan di sini
ya sayang…kita masuk saja ke
dalam…” ujarku sambil
mengangkatnya, birbir kami tak
henti berpagutan. Lalu aku rbahkan
tubuhnya ke kasur busa tanpa
dipan khas milik anak kos. nafasnya
terus tersengal, kedua tangannya
meremas kain sprei kasurnya itu.
Kini aku berada di kedua kakinya,
aku coba tarik roknya sampai
sebatas perut dan aku kangkangkan
kakinya.
Ciumanku mendarat di bagian
bawah perut, “eenngg…ahhh…” aku
tau dia merasa geli dan terangsang
hebat, sambil kedua tanganku
mencoba menurunkan celana
dalamnya. Gerak tubuhnya pun
tidak menggambarkan penolakan,
bahkan dia agak mengangkat
pantatnya ketika tangan ku
mencoba melepas celana dalamnya
sehingga mudah melewati bagian
pantan dan tidak berapa lama
terlepas sudah celana penutup itu.
Vagina muda berwarna pink yang
sangat indah, ditumbuhi bulu halus
yang rapih tercukup. Baunya pun
sangat wangi.
Tapi aku tidak ingin buru-buru, aku
ingin Fatimah membiasakan
suasananya dulu. ciumanku jatuh
ke pahanya, ke bagian sensitif paha
belakang sambil mengangkat
kakinya ke atas. lalu pada sat yang
tepat aku mulai
turunkan ciumanku di antara
selangkangannya. “kaakk…ahh…”,
aku mencoba menjilati bagian luar
vaginanya dari bawah ke atas,
vagina itu mulai lembab dan basah.
Lalu aku renggangkan lebih luas
lagi kakinya, dan aku sibak labia
mayoda dan labia minora
vaginanya, aku temukan lubang ke
wanitaan yang masih sempit
namun berwarna merah seakan
bekas luka atau lecet. AKu tidak
mempedulukan, karena aku
melihat cairan bening meleleh dari
dalam lubang kewanitaan Fatimah,
lalu aku jilati dan lidahku pun nakal
mencoba masuk ke dalam lubang
kewnitaan itu, terus mencari dan
mencari…lalu kecupanku pindah ke
atas menemukan benjolan kecil
tepat di bawah garis vagina atas,
aku gigit-gigit kecil, aku cium aku
sedot, tidak ketinggalan tangan
kananku mencoba sedikit demi
sedikit masuk ke vaginanya.
“aahhhhh…uuhhh….mhh….phhh …
ahhh …akakak…aahh..kakak…
aduuhh…aaahhh…ahhh…”
kepalanya bergeleng tidak teratur
ke kanan dan kekiri,kedua
tangannya semakin kuat
menggenggam sprei yang
dikenakan pada kasur busa
tersebut. ciumanku semakin kuat
dan ganas, cairan kewanitaan
semakin deras keluar dari lubang
kewanitaan Fatimah. secara
bergantian lidahku merangsang
lubang vagina dan clitoris, dan
tangan kananku pun tidak tinggal
dia.
Jika lidahku sedang merangsang
klitoris maka jari tangan kananku
berusaha meransang pubang
vagina, juga ketika lidahku
bermain-main dan mencoba masuk
lebih dalam ke lubang vagina,
jempol tanganku merangang
dengan menggesek dan menekan-
nekan clitoris Fatimah.
“aaahhh….aaaaa…uuuu…enhhh h…
eee mmm…ahh…aaaa….” Tangan
kananya sekarang meremas-remas
rambutku dan menekan kepalaku
agar lebih dalam lagi
mengeksplorasi vaginanya.
Sekitar 15 menit aku mengekplor
vaginanya, dia menjambak
rambutku dan kemudian
mendorongku. Sekarang posisi
kami sama-sama duduk, nafasnya
tersengal-sengal tapi sekarang dia
berani membuka matanya
menatapku, keringat mengucur
dari tubh kami. Tiba-tiba bibirnya
langsung menyerbu bibirku,
ciuman kali ini amat liar terkadang
gigi kami beradu, lidah kami
saliang
bertukar ludah, lidahku coba masuk
ke rongga mulutnya, menjilati
dinding-dinding mulutnya. AKu
sangat kaget ketika tangannya
menarik kaosku ke atas, melewati
mulut kami yang tengah beradu,
kemudian ciumannya turun ke
leherku dan ke dadaku. Tanganya
tidak berhenti sampai di situ, dia
mulai membuka ikat pinggang
celanaku, saat bibirnya masih
menciumi dadaku,
tangannya menurunkan celanaku
dan kemudian celana dalamku.
Penisku yang diameternya 6 cm
dan panjangnya hampir 20 cm
mengacung tegak, kini tangan
kananya menggengam penisku,
aku pun berdiri dan kini wajah
ayunya berada di depan penisku
hanya beberapa senti saja. ku lihat
dia menelan ludah, apa mungkin
dia kaget dengan ukuran ini atau
mungkin dia masih ragu
melakukan ini. Aku pegang
kepalanya yang masih
menggunakan jilbab putih yang
mulai kusut. kudekatkan penisku
dengan bibirnya, bibirnya masih
terkatup ketika ujung penisku
menempel pada bibirnya, mungkin
dia masih bingung apa yang
dilakukannya. “Kulum sayang…
ciumi sayang…ayo…” lalu dia buka
bibirnya sedikit dan mencium
ujung penisku, kaku, tapi
menimbulkan sensasi yang
dahsyat, selain karena bibirnya
yang lembut, hangat dan basah
menyentuh ujung penisku, melihat
seorang wanita yang masih
berpakaian lengkap dengan
jilbabnya itu hal yang belum
pernah aku rasakan sebelumnya.
“cuup..mppuhmm..uhhmm…”
bibirnya berkali-kali mengulum
ujung penisku, sedikit-demi sedikit
kulumannya semakin masuk. AKu
lihat dia masih kaku dan belum
lihat melakukan itu, tapi bagiku
sensasi luar biasa. “mhhh…
aauuuummm…uummhh”akhirny a
mulutnya berani memasukkan
penisku, walau tidak sampai masuk
semua, karena penisku terlalu
panjang dan itu akan
menyakitkannya. “shh…ahh…terus
Mah…keluar masukin…” Fatimah
pun mengikuti perintahku dia
memaju mundurkan kepalanya.
“aahh…sayang…
terus”…”mhh. .uhmm
hh..cuuupp..muuh” Fatimah terus
melakukan aktifitasnya. hanya 5
menit lalu dia berhenti.
“Kak…Fatimah ngga tahan…” diapun
menarik tubuhku dan aku kini
sama-sama duduk berhadapan. Aku
tahu, dia dalam kondisi puncak, dia
tidak dapat lagi menahan libidonya,
akupun merebahkannya dan
menindihnya. AKu regangkan
kedua kakinya. Fatimah tampak
pasrah dia memandangiku dan
memperhatikan penisku yang tepat
dihadapan vaginanya. Aku lupa
sesuatu, segera ku raih celanaku
yang tercecer di samping dan
mengambil sesuatu di dompet. Ya,
aku selalus edia kondom di dompet
setelah ku buka dan akan
kupasangkan, Fatimah menampik
tanganku.
“ngga usah pake itu kak…aku ingin
jadi milik kakak seutuhnya” aku
tersentak dengan ucapannya
“Kamu yakin Mah?” Fatimah
mengangguk.
Kini kuarahkan ujung penisku
mendekati lubang kewanitaannya
“Tahan ya Mah…agak sakit…”
Tangan kananku menggenggam
batang penis dan digesek-
gesekkan pada clitoris dan bibir
kemaluan Fatimah, hingga Fatimah
merintih-rintih kenikmatan dan
badannya tersentak-sentak. Aku
terus berusaha menekan senjataku
ke dalam kemaluan Fatimah yang
memang sudah sangat basah itu.
Perlahan-lahan kepala penisku
menerobos masuk membelah bibir
kemaluan Fatimah. “Tahan kaak…
sakii..t” dia merintih sambi
menggigit bibir bawahnya. Aku pun
menghentikan kegiatanku
sementara, sambil menunggu aku
maju mundurkan kepala penisku ke
bibir kemaluannya supaya bibir
kemaluannya mulai menyesuaikan.
Matanya masih terpejam dan terus
menggigit bibir
bawahnya, nafasnya tersengal.
Sedikit demi sedikit aku masukkan
kembali, pelan tapi pasti. Setiap
penisku masuk Fatimah melengguh
menahan sakit. Vaginanya masih
sempit tapi tanpa halangan penisku
mulai masuk ke dalam. Dengan
kasar Aku tiba-tiba menekan
pantatku kuat-kuat ke depan
sehingga pinggulku menempel
ketat pada pinggul Fatimah.
Dengan tak kuasa menahan diri dan
berteriak, mungkin sakit. Dari
mulut Fatimah terdengar jeritan
halus tertahan, “Aduuuh!..,
ooooooohh.., aahh…sakii…t..kaak..”,
disertai badannya yang tertekuk ke
atas dan kedua tangan Fatimah
mencengkeram dengan kuat
pinggangku.
Beberapa saat kemudian aku mulai
menggoyangkan pinggulku, mula-
mula perlahan, kemudian makin
lama semakin cepat dan bergerak
dengan kecepatan tinggi diantara
kedua paha halus gadis ayu
tersebut. Fatimah berusaha
memegang lenganku, sementara
tubuhnya bergetar dan terlonjak
dengan hebat akibat dorongan dan
tarikan penisku pada kemaluannya,
giginya bergemeletuk dan
kepalanya menggeleng-geleng ke
kiri kanan di atas meja. Fatimah
mencoba memaksa kelopak
matanya yang terasa berat untuk
membukanya sebentar dan melihat
wajahku, dengan takjub.
Fatimah berusaha bernafas dan …:”
“kaa..kk…, aahh…, ooohh…, ssshh”,
sementara aku tersebut terus
menyetubuhinya dengan ganas.
Fatimah sungguh tak kuasa untuk
tidak merintih setiap kali Aku
menggerakkan tubuhku, gesekan
demi gesekan di dinding liang
vaginanya. Setiap kali aku menarik
penisnya keluar, dan menekan
masuk penisku ke dalam vagina
Fatimah, maka klitoris Fatimah
terjepit pada batang penisku dan
terdorong masuk kemudian
tergesek-gesek dengan batang
penisku yang berurat itu. Hal ini
menimbulkan suatu perasaan geli
yang dahsyat, yang mengakibatkan
seluruh badan Fatimah menggeliat
dan terlonjak, sampai badannya
tertekuk ke atas menahan sensasi
kenikmatan yang tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Sementara tanganku yang lain
tidak dibiarkan menganggur.
Tanganku merengkuh
punggungnya yang melengkung
menahan nikmat, kemudian aku
sibak jilbabnya dan terlihat dua
payudara indahnya yang masih
sembunyi dibalik kemeja yang
sudha terbuka kancing bagian
atasnya, branya pun sudha
tersingkap ke atas menambah
sensualitas pemandangan saat itu.
Aku tarik punggungnya sehingga
maskin melengkung ke atas, aku
pun terus bermain-main pada
bagian dada Fatimah dan Mencium
dan kadang menggigit kedua
payudara Fatimah secara
bergantian. Ia berusaha
menggerakkan pinggulnya, akan
tetapi paha, bokong dan kakinya
mati rasa. Tapi ia mencoba
berusaha membuatku segera
mencapai klimaks dengan memutar
bokongnya, menjepitkan pahanya,
akan tetapi aku terus
menyetubuhinya dan tidak juga
mencapai klimaks.
Ia memiringkan kepalanya, dan
terdengar erangan panjang keluar
dari mulutnya yang mungil,
“Ooooh…, ooooooh…, aahhmm…,
ssstthh!”. Gadis ayu itu Semakin
erat mendekap kepalaku agar
semakin rekat dengan
payudaranya, aku tahu pelukan itu
adalah penyaluran dari rasa nikmat
dan klimaks yang mungkin
sebentar lagi dia rasakan. Kedua
pahanya mengejang serta menjepit
dengan kencang, menekuk ibu jari
kakinya, membiarkan bokongnya
naik-turun berkali-kali,
keseluruhan badannya
berkelonjotan, menjerit serak
dan…, akhirnya larut dalam
orgasme total yang
dengan dahsyat melandanya,
diikuti dengan suatu kekosongan
melanda dirinya dan keseluruhan
tubuhnya merasakan lemas seakan-
akan seluruh tulangnya copot
berantakan.
Fatimah terkulai lemas tak berdaya
di atas kasur dengan kedua
tangannya terentang dan pahanya
terkangkang lebar-lebar dimana
penisku tetap terjepit di dalam
liang vaginanya. Itu lah pertama
kali dia merasakan indahnya
orgasme.
Selama proses orgasme yang
dialami Fatimah ini berlangsung,
memberikan suatu kenikmatan
yang hebat yang dirasakan olehku,
dimana penisku yang masih
terbenam dan terjepit di dalam
liang vagina Fatimah dan
merasakan suatu sensasi luar biasa,
batang penisku serasa terbungkus
dengan keras oleh sesuatu yang
lembut licin yang terasa mengurut-
urut seluruha penisku,
terlebih-lebih pada bagian kepala
penisku setiap terjadi kontraksi
pada dinding vagina Fatimah, yang
diakhiri dengan siraman cairan
panas. Perasaanku seakan-akan
menggila melihat Fatimah yang
begitu cantik dan
ayu itu tergelatak pasrah tak
berdaya di hadapannya dengan
kedua paha yang halus mulus
terkangkang dan bibir kemaluan
yang kuning langsat mungil itu
menjepit dengan ketat batang
penisku.
Tidak sampai di situ, beberapa
menit kemudian Aku membalik
tubuh Fatimah yang telah lemas itu
hingga sekarang Fatimah setengah
berdiri tertelungkup di dipan
dengan kaki terjurai ke lantai,
sehingga posisi pantatnya
menungging ke arahku. Aku ingin
melakukan doggy style, tanganku
kini lebih leluasa meremas-remas
kedua buah payudara Fatimah yang
kini menggantung ke bawah,
tangunku menyusup lewat kemeja
bagian bawah. Dengan kedua kaki
setengah tertekuk, secara
perlahan-lahan aku menggosok-
gosok kepala penisku yang telah
licin oleh cairan pelumas yang
keluar dari dalam vagina Fatimah
dan menempatkan kepala penisku
pada bibir kemaluan Fatimah dari
belakang.
Dengan sedikit dorongan, kepala
penisku tersebut membelah dan
terjepit dengan kuat oleh bibir-
bibir kemaluan Fatimah, Fatimah
melengguh agak
kencang..”aahhgg….” ketika
penisku mulai menyeruak ke dalam
vaginanya lagi. Kedua tanganku
memegang pinggul Fatimah dan
mengangkatnya sedikit ke atas
sehingga posisi bagian bawah
badan Fatimah tidak terletak pada
dipan lagi, hanya kedua tangannya
yang masih bertumpu pada kasur.
Kedua kaki Fatimah dikaitkan pada
pahaku. Kutarik pinggul Fatimah ke
arahku, berbarengan dengan
mendorong pantatnya ke depan,
sehingga disertai
keluhan panjang yang keluar dari
mulut Iffa, “Oooooooh…aahh…
shhh…ahh…. !”, penisku tersebut
terus menerobos masuk ke dalam
liang vaginanya dan Aku terus
menekan pantatnya sehingga
perutnyaku menempel ketat pada
pantat Fatimah yang setengah
terangkat. Aku memainkan
pinggulnya maju mundur dengan
cepat sambil mulutku mendesis-
desis keenakan merasakan penisku
terjepit dan tergesek-gesek di
dalam lubang vagina Fatimah yang
ketat itu.
“Ahh…ahhh…aahh…kak..a.duu u..hh
…mhh…teruss…” mulutnya terus
mengaduh, tanda nikmat tiada tara
yang dia rasakan. Tubuhny amaju
mundur terdorong desakan
penisku. Karena bagian pantat
lebih tinggi dari kepala sehingga
kemejanya turn ke bawah
memperlihatkan pungguh mulus
dan putih yang sebelumnya tidak
pernah dilihat siapapun. Tangannya
sambil terus meremas seprei dan
merebahkan kepanaya di kasur.
“shhh…ahh..kakk…aahh..adu uhh…k
ak….” semakin kencang teriakannya
semakin menunjukkan kalau dia
akan merasakan klimaks untuk
kedua kalinya. AKupun
mempercepat doronganku.
“terus..kak…ahh…jangan berhenti…
ahh…kak,…” Fatimahmeracau
semakin tidak karuan.
Dan….diapun mendongakkan
kepalanya ke atas disertai
lengguhan panjang
“aaaaaaa……….hhhhhh….” dia
klimaks untuk kedua kalinya. AKu
cabut penisku dari lubang
vaginanya, aku lihat cairan bening
semakin banyak meleleh dari
vaginanya. Tubuhnya melemas dan
lunglai ketika aku lepaskan.
Navasnya tersengal, pakaian dan
jilbabnya kusut tak karuan.
Keringat membuat pakaian dia
yang tidak dilepas sama-sakeli
menjadi basah. Namun dia memang
wanita yang pandai merawat
tubuhnya, bahkan keringatnya pun
harum sekali baunya.
Setelah aku biarkan dia istirahat
beberapa menit sambil meresapi
orgasme untuk keduakalinya.
Kemudian Aku merubah posisi
permainan, dengan duduk di sisi
tempat tidur dan Fatimah kutarik
duduk menghadap sambil
mengangkang pada pangkuanku.
Aku menempatkan penisku pada
bibir kemaluan Fatimah yang
tampak pasrah dengan
perlakuanku, Lalu aku mendorong
sehingga kepala penisku masuk
terjepit dalam liang kewanitaan
Fatimah, sedangkan tangan kiriku
memeluk pinggul Fatimah dan
menariknya merapat pada badanku,
sehingga secara perlahan-lahan
tapi pasti penisku
menerobos masuk ke dalam
kemaluan Fatimah. Tangan kananku
memeluk punggung Fatimah dan
menekannya rapat-rapat hingga
kini badan Fatimah melekat pada
badanku.
Kepala Fatimah tertengadah ke
atas, pasrah dengan matanya
setengah terkatup menahan
kenikmatan yang melandanya
sehingga dengan bebasnya
mulutku bisa melumat bibir
Fatimah yang agak basah terbuka
itu.Dengan sisa tenaganya Fatimah
mulai memacu dan terus
menggoyang pinggulnya,
memutar-mutar ke kiri dan ke
kanan serta melingkar, sehingga
penisku seakan mengaduk-aduk
dalam vaginanya sampai terasa di
perutnya. Karena stamina yang
sudha terkuras dengan dua klimaks
yang didapatnya, goyangan
Fatimahs emakin melemah.
Aku pindahkan kedua tanganku ke
arah pinggannya dan tanganku
mulai membantu mengangkat dan
mendorong pinggul Fatimah agar
terus bergoyang. Aku ihat penisku
timbul tenggelam dibekap lubang
vaginanya yang hangat. Rintihan
tak pernah berhenti keluar dari
mulutnya. “shh…ah…sshhh…ahhh..”
Goyangannya teratur, setelah
sekian lama dengan posisi itu,
Fatimah mulai bangkit lagi
libidonya, dengan tenaga sisa dia
mulai membantu
tangaku dengan menggerakkan
pinggulnya lebih cepat lagi. Kedua
tangannya kini merangkul kepalaku
dan membenamkannya ke kedua
gunug kembarnya yang besar dan
halus.
Aku tahu dia akan mengalami
klimaksnya yang ketiga. Aku kulum
dan lumat payudaranya, kepala
Fatimah menengadah merasakan
nikmat yang tiada tara atas
rangsangan pada dua titik
tersensitifnya. Tak
berselang kemudian, Fatimah
merasaka sesuatu yang sebentar
lagi akan kembali melandanya.
Terus…, terus…, Fatimah tak peduli
lagi dengan gerakannya yang agak
brutal ataupun suaranya yang
kadang-kadang memekik lirih
menahan rasa yang luar biasa itu.
Dan ketika klimaks itu datang lagi,
Fatimah tak peduli lagi, “Aaduuuh…,
eeeehm..ahh…kaa..kk…aahhh…”,
Fatimah memekik lirih sambil
menjambak rambutku memeluknya
dengan kencang itu. Dunia serasa
berputar. Sekujur tubuhnya
mengejang, terhentak-hentak di
atas pangkuanku.
Kemudian kembaliku gendong dan
meletakkan Fatimah di atas meja
dengan pantat Fatimah terletak
pada tepi dipan dan kasur, kedua
kakinya terjulur ke lantai. Aku
mengambil posisi diantara kedua
paha Fatimah yang kutarik
mengangkang, dan dengan tangan
kananku menuntun penisku ke
dalam lubang vagina Fatimah yang
telah siap di depannya. Aku
mendorong penisku masuk ke
dalam dan menekan badannya.
Desah nafasnya mendengus-
dengus seperti kuda liar,
sementara goyangan pinggulnya
pun semakin cepat dan kasar.
Peluhnya sudah penuh membasahi
sekujur tubuhnya dan tubuh
Fatimah yang terkapar lemas dan
pasrah terhadap apa yang akan aku
lakukan.
Badan gadis itu terlonjak-lonjak
mengikuti tekanan dan tarikan
penisku. Fatimah benar-benar telah
KO dan dibuat benar-benar tidak
berdaya, hanya erangan-erangan
halus yang keluar dari mulutnya
disertai pandangan memelas sayu,
kedua tangannya mencengkeram
Sprei. Dan aku sekarang merasa
sesuatu dorongan yang keras
seakan-akan mendesak dari dalam
penisku yang menimbulkan
perasaan geli pada ujung penisku.
Aku mengeram panjang dengan
suara tertahan, “Agh…, terus”, dan
pinggulku menekan habis pada
pinggul gadis yang telah tidak
berdaya itu,sehingga buah pelirku
menempel ketat dan batang
penisku terbenam seluruhnya di
dalam liang vagina Fatimah.
Dengan suatu lenguhan panjang,
“Sssh…, ooooh!”, sambil membuat
gerakan-gerakan memutar
pantatnya, aku merasakan
denyutan-denyutan kenikmatan
yang diakibatkan oleh *an air
maninya ke dalam vagina Fatimah.
Ada kurang lebih lima detik aku
tertelungkup di atas badan gadis
ayu tersebut, dengan seluruh
tubuhku bergetar hebat dilanda
kenikmatan orgasme yang dahsyat
itu.
Dan pada saat yang bersamaan
Fatimah yang telah terkapar lemas
tak berdaya itu merasakan suatu
*an hangat dari pancaran cairan
kental hangat ku yang menyiram ke
seluruh rongga vaginanya.
Aku melihatnya lemas dengan
jilbab dan pakaian yang sudah
nggak keruan bentuknya lagi. aku
melihatnya menunduk sedih
sambil menangis. Aku faham, gadis
seperti dia tidak mungkin mudah
untuk melakukan hal ini, tapi kali
ini aku benar-benar membuatnya
tak berdaya dan mengikuti nafsu
duniawi. “Kak…” dia membuka
perakapan ditengah hening kami
menikmati pertempuran yang baru
saja selesai. “Ya sayang…” sambil ku
peluk dia.
“Kakak mau tanggung jawab kan?”
“Kakak mau menikahi Fatimah
kan?” parau suaranya terdengar.Aku
tersentak aku tak menyangka kalau
dia langsungmengatakan itu. Tapi
aku benar-benar tidak tega melihat
kondisinya yang sudah
menyerahkan semuanya kepadaku.
Aku pun ingin memilikinya dan
mengakhiri semua kebiasan
burukku. AKu berjanji
meninggalkan pacarku kalau dia
mau menikah denganku,
kenyataannya sekarang itu sudah di
depan mata.“i..iya..Mah…kakak akan
tanggung jawab…kakak akan
menikahi kamu” sahutku. Dalam
wajah sedihnya kuliah bibirnya
menyunggingkan sedikit senyum.
Dan kamipun tertidur dengan
saling memeluk seakan berharap
agar pagi tak segera hadir.
Semenjak kejadian pertama ini,
Fatimah jadi agresif dalam hal
bercinta.Terkadang dia sendiri yang
meminta dientot tanpa aku
minta.Berbagai gaya sudah kami
coba.Selang berapa tahun
kemudian kami menikah dan
mempunyai anak satu perempuan
yang kita namai Yunita.

=TAMAT=

0 komentar:

Posting Komentar