Kamis, 31 Juli 2014

Bak Pengantin Baru dengan Bibiku (Dewasa17+)

Saat itu aku
baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di
Surabaya di sana aku tinggal di rumah Pamanku.
Aku tinggal di sana karena paman dan bibiku yang
sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak,
jadi kata mereka biar suasana rumahnya
bertambah ramai dengan kehadiranku. Rumah
pamanku sangat luas, di sana ada kolam
renangnya dan juga ada lapangan tenisnya,
maklum pamanku adalah seorang pengusaha yang
kaya. Selain bibiku dan pamanku, di sana juga ada
3 orang pembantu 2 cewek dan 1 cowok. Bibiku
umurnya 31 tahun tapi masih cantik dan bodinya
seperti gitar spanyol, wajahnya mirip Meriam
Belina. Dan ke-2 pembantu cewek tersebut yang
satu janda dan yang 1 sudah bersuami, sedang
yang cowok berumur 20 tahun.
Suatu hari ketika kuliahku sedang libur, paman dan
bibiku sedang keluar kota, pintu kamarku diketuk
oleh Trisni si janda tsb, “Den Eric itu ada kiriman
paket dari Jakarta”. Lalu aku keluar dan menerima
paket tsb. Karena tertarik kubuka isinya ternyata
isinya alat-alat seks ada penis dari karet, ada oil
pelumas dan juga ada 5 VCD. Waktu kubuka paket
tersebut Trisni ada di sebelahku dan wajahnya
memerah begitu tahu isinya.
“Wah ternyata Jeng Rini hot juga ya Den”,
celetuknya Rini adalah nama bibiku.
“Entahlah mungkin aja paman udah loyo…, tapi
gimana kalau nanti malam kita setel VCD ini
mumpung yang punya lagi pergi..”, kataku sambil
mengamati wajahnya yang manis.
“Itu film apaan sih”.
“Entahlah tapi nanti kita nontonnya berdua aja biar
nggak dilaporkan ke paman ok”
Malamnya jam 21.00 setelah semua tidur Trisni ke
ruang tengah, dia memakai pakaian tidur yang tipis
sehingga kelihatan CD dan BH-nya.
“Eh, apa semua sudah tidur”, tanyaku.
“Sudah Den”, jawabnya.
Lalu aku mulai menyetel itu film dan ternyata itu
film pribadi bibiku, waktu itu Bibi dan paman
sedang bercumbu dengan alat-alat seks tersebut,
penis karet yang panjang itu menancap di vagina
Bibi dan penis paman diisap oleh Bibi tapi anehnya
penis paman tetap kecil.
“Eh kok yang main film Jeng Rini dan Den Budi?”,
gumannya setengah bertanya padaku.
“Wah kelihatanya paman itu impoten masa diisep
begitu nggak berdiri”, sahutku sambil aku
mengeluarkan penisku.
“Nih wong aku yang lihat aja langsing berdiri kok”.
“Ih, Aden jorok ah”, sahut Trisni ketika penisku aku
dekatkan ke wajahnya. Aku berusaha memasukkan
penisku ke mulutnya dan dia hanya mau
menciuminya mula-mula di sekitar batangnya lalu
dia mulai menjilati kedua telurku, wah geli sekali
dan dia mulai mengisap penisku pelan-pelan,
ketika asyik-asyiknya tiba-tiba Erni pembantu
yang satunya masuk ke ruang tengah dan dia
terkejut ketika melihat adegan kami.
Kami berdua jadi berhenti sebentar, “Erni kamu
jangan lapor ke Paman atau Bibi ya awas kalau
lapor”, ancamku.
“Iya Den”, jawabnya sambil matanya melirik
penisku yang masih berdiri tegak.
“Kamu di sini aja lihat film itu”, sahutkku. Dia diam
saja. Lalu tanganku melucuti semua baju Trisni dan
dia diam saja. Kemudian dia kurebahkan di sofa
panjang dan aku mulai menjilati vaginanya,
ternyata vaginanya sudah sangat basah.
“Den…, oh den nikmat..”, rintihnya, aku melirik Erni
dia dadanya naik turun melihat adegan kami.
Setelah Trisni puas, lalu aku berdiri dan
kumasukkan penisku pelan-pelan. “Bles..”, amblas
semua batangku dan Trisni berteriak kenikmatan.
Kupompa pelan-pelan vaginanya sambil
menikmatinya, licin sekali rasanya.
“Sini daripada bengong aja mendingan kamu ikut…,
ayo sini”, kataku pada Erni. Lalu dengan malu Erni
menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi Trisni
kusuruh nungging dan kugarap dia dari belakang
sehingga ke dua tanganku bergerilya di tubuh Erni.
Ketika sampai di CD-nya ternyata CD-nya sudah
basah semua. Aku ciumi mulutnya, lalu aku isap
putingnya. Dia kelihatan sudah sangat terangsang.
Aku menyuruhnya melepaskan semua pakaian
yang di kenakan. Saat itu aku merasakan penisku
tersiram oleh cairan hangat. Oh, dia sudah
orgasme pikirku dan gerakan Trisnipun melemah.
Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-
pelan ke vagina Erni dan ternyata lebih nikmat
punya Erni, lebih sempit lubangnya. Mungkin
karena jarang bersetubuh dengan suaminya
pikirku.
Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa
vagina Erni itu bisa menyedot dan mengisap,
seperti diremas-remas rasanya penisku.
“Uh nikmat banget sih kamu apain itu memekmu
heh”, kataku dan Erni cuma tersenyum, lalu
kupompa dengan lebih semangat.
“Den ayo den lebih cepat nih”, dan kelihatan
bahwa Ernipun mencapai klimaks.
“Ih…, ih…, ih…, hmm..” rintihnya. Lalu kudiamkan
dulu penisku biar meraskan remasan vagina Erni,
lalu kucabut dan Trisni langsung mendekat dan
dikocoknya penisku dengan tangannya sambil
diisap ujungnya, dan ganti Erni yang
melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di
depankku dan aku merasakan sudah mau keluar.
“Aku nggak tahan lagi nih…”, lalu Erni mengocok
dengan cepat dan, “Crooot…, crooot…, crooot…,
crooot”, keluar semua maniku empat kali
semprotan dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni
dan Trisni. Akupun terkulai lemas.
Selama sebulan lebih aku bergantian menyetubuhi
mereka, kadang-kadang kami melakukannya
bertiga. Dan pada hari itu paman memanggilku.
“Ric paman mau ke Singapore ada keperluan
kurang lebih 2 minggu kamu di rumah saja
nemanin Bibi kamu ya”, kata pamanku.
“Iya deh aku nggak akan dolan-dolan”, jawabku.
Bibi tersenyum padaku kelihatan senyumnya itu
menyembunyikan sesuatu pikirku. Akupun
sebenarnya ingin merasakan tubuh bibiku tapi
karena tidak ada kesempatan selama ini aku tahan
saja. Akhirnya aku punya kesempatan nih pikirku.
Malam harinya selesai makan malam dengan Bibi,
aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah dan
Bibi menghampiriku dia berkata, “Ric, waktu aku
pergi sebulan yang lalu apa kamu nggak dapat
paket?”.
“Eh anu, aku nggak dapat kok”, jawabku dengan
gugup.
“Kamu bohong…, ini buktinya”, sambil dia
menunjukkan penis karet tsb. Ternyata penis karet
tersebut sudah jatuh ke tangan bibi, karena barang
tersebut sebetulnya di minta oleh Trisni.
“Anu kok Bi, waktu itu memang aku terima tapi”.
“Sudah kamu itu memang suka bohong ya lalu
mana VCD-nya?”.
“Aku simpan kok Bi buat aku setel jika aku
kepingin, habis Bibi hot banget sih di film itu”,
jawabku.
“Dasar anak kurang ajar”, wajahnya langsung
memerah.
“Kan Bibi saja belum lihat itu film, ayo kamu ke
kamar ambil itu VCD” suruhnya, lalu aku ke kamar
untuk mengambilnya.
“Ini Bi, tapi jika Eric pinjam lagi boleh kan Bi”,
kataku.
“Kamu jika ingin lihat lagi langsung saja nggak
usah pakai di film segala”.
“Ayo sini ke kamar Bibi nonton langsung saja”
jawab bibi.
Akupun langsung masuk ke kamar Bibi dan di
kamar itu, “Sebentar aku mau ganti baju dulu”, kata
Bibi dan dengan enaknya Bibi telanjang di depanku.
Aku yang sudah ereksi dari tadi langsung aku
peluk Bibi dari belakang. Dan kubelai-belai
payudaranya, dia diam saja lalu kupelintir
putingnya dan dia kelihatan sudah mulai
terangsang. Aku tahu bahwa puting dan clitoris
bibiku tempat paling suka dicumbui. Aku
mengetahui hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu
tanganku satunya gerilya di daerah vaginanya.
“Eh Ric nikmat juga belaian kamu”, katanya.
Lalu kubalik badan Bibi dan kamipun saling
berciuman. Bibir bibi aku lumat dan.., wow, lidah
bibiku menari-nari di mulutku. Lalu akupun disuruh
telanjang oleh bibiku.
“Eh gedhe banget barang kamu Ric?”, mungkin
bibiku jarang melihat penisku yang berdiri tegak,
habis pamanku impoten sih. Lalu dengan posisi 69
kami mulai bercumbu. Setelah puas langsung aku
masukkan penisku ke dalam vaginanya “Bles”,
masuk semua batangku dan bibikupun berteriak
keenakkan, aku goyang pinggulku, kelihatan bahwa
bibiku hampir mencapai klimaks. Dia bertambah
semangat ikut menggoyangnya, kulihat wajahnya
yang cantik, matanya setengah terpejam dan
rambutnya yang panjang tergerai di bawah ranjang
dan kulihat dari kaca pinggul bibiku, aku jadi
semakin terangsang dan kamipun keluar bersama-
sama.
Bibi tersenyum puas, “Ric jangan kapok lho…,
pokoknya seminggu minim 4 kali harus dengan
aku, Trisni dan Erni jangan kamu kasih lagi”.
“Iya bi…”, jawabku dengan malu-malu.
Sejak kejadian malam itu aku semakin lengket
dengan bibiku. hampir tiap malam aku mengulangi
lagi perbuatan itu, apalagi pamanku berada di
Singapore selama dua minggu. Selama itu pula aku
bermain dengan bibiku bak pengantin baru.


=TAMAT=

0 komentar:

Posting Komentar