Kisah ini terjadi, ketika aku masih di
bangku kuliah beberapa tahun
yang lalu dan pada akhirnya
kuliahku juga berhenti di
tengah jalan karena
kesibukanku dengan grup band yang aku bentuk.
Pagi itu seperti kebiasaan aku
sebelum masuk ruang kuliah,
selalu menyempatkan diri
untuk menikmati makanan di
cafetaria kampus yang suasananya cukup asri dengan
keberadaan taman di samping
cafetaria kampus itu sendiri.
Diantara beberapa mahasiswa
yang sedang menikmati
makanan, aku sempat terpaku oleh sosok yang sebelumnya
belum pernah aku lihat di
kampus.
Penampilannya cukup
membuatku terpesona, dengan
tank top warna merah di padu dengan blue jeans skirt
setinggi lutut menjadikan dia
juga patut untuk menjadi
pusat perhatian semua cowok
yang ada di cafetaria. Setelah
memesan makanan dan minuman, aku melangkahkan
kakiku menuju meja yang ada
di luar ruangan cafetaria yang
posisinya menghadap langsung
ke arah taman kampus.
Pagi itu kebetulan aku seorang diri, nggak seperti hari-hari
biasa yang selalu datang
bersama teman-teman
dekatku yang sekaligus juga
teman di grup bandku. Dengan
santai aku duduk sambil menikmati segelas coklat
hangat dan sepotong pancake
nanas kesukaanku.
Di tengah asyiknya aku
menikmati makanan, tiba-tiba
telah berdiri temanku yang bernama Dina dan seorang
yang telah membuatku terpaku
sebelumnya.
“Maaf Diet.. Boleh nggak kita
gabung duduknya?” tanya Dina
sambil tersenyum. “Oh.. Kamu Din..!” ujarku
spontan. “Boleh-boleh… Lagian aku
sendirian kok” sahuntuku
meyakinkan. “Tumben nih cafetari rame,
sampai nggak ada satupun
meja kosong” Kata Dina
menambahkan. “Kamu juga tumben Diet
makan sendirian, biasanya
khan sama grup band kamu?”
kata Dina lagi. “Iya nih Din.. Kebetulan ada
kelas pagi jadinya aku
berangkat lebih awal deh”
jelasku sesaat setelah Dina dan
temannya duduk. “Oh iya Diet, kenalin ini anak
baru di kampus kita” Dengan
ramah Dina memperkenalkan
temannya. “Ananda… Ini Adietya teman
kita juga, yang kebetulan juga
dia vokalis di grup band di
kampus kita ini” Dina
memperkenalkan aku kepada
Ananda secara panjang lebar. “Dan dia ini Diet, mahasiswa
pindahan dari Jakarta yang
mengikuti orangtuanya karena
pindah tugas” Jelas Dina
kepadaku. “Namanya Ananda aprilia
putri, yang mempunyai hobby
dengerin musik juga” sahut
Dina lagi.
Yang di perkenalkan cuman
tersenyum manis aja. Dengan ramah aku tersenyum kepada
Ananda, sambil menyodorkan
tanganku.
“Adietya!” kataku pendek. “Ananda!” dengan senyum
manis dia menerima uluran
tanganku.
Tangannya halus banget saat
aku menggenggamnya lembut,
apalagi di lengannya di tumbuhi bulu-bulu halus yang
sangat kontras dengan warna
kulitnya yang mulus.
Dari jarak yang lumayan dekat
aku bisa menikmati pesona
kecantikan Ananda yang begitu menawan, Ananda
mempunyai rambut yang cukup
tebal dan hitam yang
panjangnya di bawah bahunya
sedikit. Bibirnya sensual dan
selalu basah alami tanpa olesan lipstik. Pandanganku
sesaat turun ke arah lehernya
yang jenjang dan berakhir di
kedua tonjolan di dadanya
yang aku taksir ukurannya 36B.
Sampai di sini aku sempat menelan ludah sesaat, betapa
ranumnya buah dada Ananda
yang menuruntuku begitu
menggairahkan kalau di remas
nan lembut dan putingnya di
jilatin dengan gerakan erotis. Khayalanku buyar bersama
teguran dari Dina
mengingatkan kalau aku
masih menggenggam tangan
Ananda.
“Sudah dong Diet.. Lepasin tangan Ananda” tegurnya
mengingatkan. “Maaf.. Yah Ananda” kataku
polos. “Tangan kamu halus banget
sih” kataku menambahkan. “Tangan atau, kamu yang
terpesona oleh kecantikannya”
sindir Dina.
Aku hanya tersenyum
mendengar Dina mengatakan
itu. Sejujurnya aku memang mengagumi pesona Ananda
yang kayaknya bakal jadi
bunga kampus nantinya.
Seminggu setelah
pertemuanku dengan Ananda
di cafetaria. Aku bertemu kembali dengannya tapi bukan
di kampus seperti saat itu.
Ananda datang bersama kedua
orang tuanya untuk menikmati
makam malam di salah satu
cafe yang cukup terkenal di kota itu. Dan kebetulan aku
bersama teman-temanku
bermain musik akustik di cafe
itu setiap 3 kali seminggu.
Malam itu Ananda
mengenakan gaun warna hitam yang membuat
penampilannya sangat berbeda
dengan saat dia ada di
kampus. Gaun malam yang
panjang dan modelnya sedikit
sexy dibagian dadanya membuat Ananda tampil
begitu anggun malam itu. Saat
itu Ananda belum menyadari
kalau yang ada di atas
panggung adalah diriku.
“Selamat datang dan selamat menikmati suguhan musik
akustik dari kami, semoga
makan malam anda cukup
berkesan bersama orang-orang
yang anda cintai” Sambutanku
kepada semua pengunjung cafe.
Setelah aku menyanyikan
beberapa lagu dan mendapat
sambutan yang cukup meriah
dari pengunjung malam itu.
Dengan mantap, kembali aku menyampaikan pesan khusus.
“Lagu ini akan saya
persembahkan buat
pengunjung yang ada di meja
nomer 5, yaitu Ananda
bersama kedua orang tuanya dan semoga makan malamnya
berkesan dengan hadirnya lagu
ini” sahuntuku spontan.
Seketika pandangan Ananda
bersama kedua orang tuanya
tertuju ke panggung. Dengan sopan aku menganggukan
kepala kepada mereka, sambil
tersenyum ramah. Ananda
sempat terpaku, ketika
melihat diriku tersenyum dari
atas panggung. Setelah melewati moment
sesaat yang merupakan
kejutan dariku. Perlahan aku
mulai menyanyikan lagu
lembut yang pernah
dibawakan oleh Rod stewart” Have I told you lately”.
Pandanganku beradu dengan
pandangan Ananda yang
sedang serius menatapku dari
mejanya, ketika di awal lagu
sambil tersenyum aku memandangnya lembut.
“Have I told you lately that I
love you..” bunyi lirik di awal
lagu itu.
Dengan penghayatan aku
menyanyikan lagu itu yang secara tidak sengaja
terinspirasi oleh kedatangan
Ananda di cafe malam itu.
Setelah selesai aku
menyanyikan lagu itu,
bersamaan juga saat aku bersama grupku mendapat
kesempatan untuk break di
session pertama. Di saat break
aku pergunakan waktu yang
ada untuk menemui Ananda
bersama ke dua orang tuanya. “Selamat malam Om, Tante dan
juga Ananda” tegurku sopan. “Perkenalkan nama saya
Adietya, teman Ananda satu
kampus” dengan ramah dan
sopan aku memperkenalkan
diri di hadapan kedua orang
tua Ananda. Yang juga disambut dengan
ramah oleh kedua orang tua
Ananda.
“Pa, Ma, Ini teman Ananda
yang pernah Ananda ceritakan
sebelumnya” terang Ananda kemudian.
Dalam hati sempat aku
bertanya, apakah yang telah di
ceritakan Ananda kepada
kedua orang tuanya tentang
diriku. Setelah berkenalan dengan kedua orang tuanya
dan terlibat obrolan yang
panjang, akhirnya aku tahu
kalau Ananda adalah anak
semata wayang di
keluarganya. Tak mengherankan jika, kalau
Ananda mendapatkan kasih
sayang secara penuh baik dari
papanya dan juga Mamanya.
Itu terlihat dari kesehariannya
yang riang dan lincah saat dia berada di kampus. Setelah tiba
waktu buat aku dan teman-
teman untuk main di session
kedua, dengan sopan aku
berpamitan kepada kedua
orangtuanya dan juga Ananda. Suasana cafe malam itu sangat
special buat diriku, karena
kedatangan orang yang sering
aku khayalkan setiap saat di
tempat yang tidak pernah aku
duga sebelumnya. Menjelang setengah sebelas, aku
menyudahi penampilan malam
itu lewat lagu”Cinta Sejati”
Milik ari lasso.
Ketika selesai acara, aku pamit
kepada teman-teman band, kalau aku ingin menemui
Ananda dan kedua orang
tuanya. Sesampainya di meja
Ananda, dan ngobrol sesaat,
kedua orang tuanya
berpamitan ingin pulang karena sudah mulai di
hinggapi rasa kantuk.
“Pa, Ma, Ananda boleh
pulangnya belakangan?” tanya
Ananda kepada kedua orang
tuanya. “Ananda masih pingin ngobrol
dengan Adiet nih bolehkan?”
rajuknya manja. “Baiklah, asal nanti pulangnya
Adietya yang nganterin!” tegas
papanya. “Baik Om.. Terima kasih atas
kepercayaan yang Om
berikan”jawabku kemudian. “Makasih pa, Ma..” teriaknya
sambil mencium pipi Papa dan
Mamanya.
Setelah kepergian Papa dan
Mamanya, kembali kita
melanjuntukan obrolan yang tertunda sesaat. Ketika waktu
menunjukan pukul 23.30 aku
mengatakan kepada Ananda.
“Ananda sebaiknya kita pulang
yah” kataku pelan. “Sudah malam nih, ntar Papa
dan Mama kamu gelisah
menunggumu” terangku lagi. “Baiklah kalau menurut kamu
begitu” jawab Ananda
kemudian.
Yang tak lama aku bergegas
menyetop taxi yang sedang
lewat di depan kita. Di dalam taxi aku terdiam sambil
melamunkan kejadian yang
barusan aku alami. Betapa
beruntung aku bisa duduk
berduaan di dalam taxi dengan
seorang gadis cantik yang begitu banyak di dambakan
oleh setiap cowok yang ada di
kampus.
“Diet kenapa diam?” tanya
Ananda membuyarkan
lamunanku. “Oh.. Eh”jawabku gugup. “Aku nggak pernah
membayangkan kalau aku bisa
sedekat ini dengan dirimu”
jelasku setelah bisa menguasai
keadaan. “Maksud kamu?”tanya Ananda
lagi. “Kamu tahu khan, kalau di
kampus banyak cowok yang
menaksir kamu” terangku
kemudian. “Diet, kalaupun banyak cowok
yang mengejar-ngejar aku, aku
punya hak juga khan buat
menolak?” tanyanya lagi.
Aku hanya terdiam mendengar
penjelasannya, sambil tersenyum lembut
menatapnya.
“Aku sudah banyak
menceritakan tentang dirimu
kepada Papa dan Mama,
makanya mereka percaya kalau aku pulangnya bersama
kamu” terang Ananda
meyakinkan aku.
Di kepala masih teringat saat
aku memperkenalkan diri di
hadapan Papa dan Mamanya, ketika break time tadi yang
Ananda bilang pernah
menceritakan aku sebelumnya.
“Diet, sejak awal perkenalan di
cafetaria, hatiku sempat
berdetak entah kenapa” terangnya kemudian. “Aku juga selalu berhayal
tentang dirimu” jelasnya lagi. “Banyak cerita di kampus yang
mengatakan, kalau kamu
orangnya cukup lembut setiap
menghadapi cewek”
tambahnya lagi. “Semua itu benar adanya,
apalagi dengan kamu
memberikan sebuah lagu
romantis buat diriku saat
malam tadi” dengan lembut
Ananda mengatakan itu. “Papa dan Mama sempat
memuji, kalau kamu orangnya
bisa menghargai seorang
wanita” terangnya lagi.
Terharu aku mendengar semua
penjelasan dari Ananda yang ternyata selama ini dia
bersimpati terhadap diriku.
Taxi yang kita tumpangi
melintasi sebuah jalan yang
lampu penerang jalannya agak
redup. Dengan keberanian di tengah keremangan, aku
memeluk Ananda mendekat
dan mengecup bibirnya yang
ranum.
“Sudah lama aku
mendambakan kamu Ananda” bisikku mesra di telinganya.
Ananda hanya tersenyum
manis mendengar bisikanku,
sambil meremas mesra
tanganku. Tak lama berselang
taxi telah sampai di depan sebuah rumah besar yang di
halamannya ada sebuah taman
dan balai-balai kecil di pojok
rumah.
Kamis, 24 Juli 2014
Home »
Cerita Dewasa
,
Cerita Sex
,
Dewasa17+
» Main Sex Dengan Tante Pake Obat Perangsang (Cerita Dewasa 17+)
0 komentar:
Posting Komentar