silahkan dibaca

cara bercinta untuk harmosnis

NANTI ADA YANG LIHAT

jangan dibuka mas ya!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

JANGAN SAMPAI MAMA TAU

PELAN PELAN DIBELAHNYA.

TAK ADA COWOK CEWEK PUN JADI

LEPASKAN HASRAT INI

BISA NGAK PUASIN AKU

KESEPIAN SAMAPI GATAL.

Jumat, 25 Januari 2013

Mbak Linda, Tetanggaku Yang Baik dan enak

Perkenalkan namaku Rendi, umurku saat ini 19 tahun. Kuliah dikota S yang terkenal dengan sopan santunnya. Aku anak kedua setelah kakakku Ana. Ibuku bekerja sebagai pegawai negeri sipil dan ayahku juga bekerja di kantor. Tinggi badanku biasa saja layaknya anak seusiaku yakni 169 kg. Di situs ini aku akan menceritakan kisah unikku. Pengalaman pertama dengan apa yang namanya sex. Kisah ini masih aku ingat selamanya karena pengalaman pertama memang tak terlupakan. Saat itu usiaku masih 10 tahun pada waktu itu aku masih kelas 4 SD. Kisah ini benar benar aku alami tanpa aku rubah sedikit pun.

Aku punya teman sebayaku namanya Putri, dia juga duduk di bangku SD. Aku dan dia sering main bersama. Dia anak yang sangat manis dan manja. Dia mempunyai dua kakak. Kakak pertama namanya Rio di sudah bekerja di Jakarta. Dan kakaknya yang satu lagi namanya Linda. Saat itu dia kuliah semester 4 jurusan akuntansi salah satu perguruan tinggi di kota kelahiranku. Dia lebih cantik dari pada adiknya Putri. Tingginya kira kira 160 cm dan ukuran payudaranya cukup seusianya tidak besar banget tapi kenceng.

Waktu itu hari sangat panas, aku dan Putri sedang main dirumahnya. Maklum rumahku dan rumahnya bersebelahan. Saat itu ortu dari Putri sedang pergi ke Bandung untuk beli kain. Putri ditinggal bersama kakaknya Linda.

“Main dokter dokter yuk, aku bosen nich mainan ini terus”ajak Putri

Segera aku siapkan mainannya. Aku jadi dokter dan dia jadi pasiennya. Waktu aku periksa dia buka baju. Kami pun melakukan seperti itu biasa karena belum ada naluri seperti orang dewasa, kami menganggap itu mainan dan hal itu biasa karena masih kecil. Waktu aku pegang stetoskop dan menyentuhkannya didadanya. Aku tidak tahu perasaanya. Tapi aku menganggapnya mainan. Waktu itu pintu tiba tiba terbuka. Linda pulang dari kampusnya. Dengan masih telanjang dada Putri menghampiri kakaknya di depan pintu masuk.

“Hai Kak baru pulang dari kampus”
“Ngapain kamu buka baju segala” Kak Linda memandangi adiknya.
“Kita lagi main dokter dokteran, aku pasiennya sedangkan Rendi jadi dokternya, tapi sepi Kak masa pasiennya cuma satu. Kakak lelah nggak. Ikutan main ya kak?”
“Oh mainan toh.. Ya sudah aku nyusul, aku mau ganti pakaian dulu gerah banget nih”

Kami bertiga pun segera masuk ke kamar lagi, aku dan Putri asyik main dan Kak Linda merebahkan tubuhnya ditempat tidur disamping kami. Aku melihat Kak Linda sangat cantik ketika berbaring. Setelah beberapa menit kemudian dia memperhatikan kami bermain dan dia terbengong memikirkan sesuatu.

“Ayo Kak cepetan, malah bengong” ajak Putri pada kakaknya.

Lalu dia berdiri membuka lemari. Dia kepanasan karena udaranya. Biasanya dia menyuruh kami tunggu di luar ketika dia ganti baju

“Ayo tutup mata kalian, aku mau ganti nih soalnya panas banget” Kak Linda menyuruh kami.

Dia melepaskan pakaian satu persatu dari mulai celana panjangnya, dia memakai CD warna putih berenda dengan model g-string. Saat itu dia masih dihadapan kami. Tertampang paha putih bersih tanpa cacat. Setelah itu dia melepas kemejanya dicopotnya kancing stu perstu. Setelah terbuka seluruh kancingnya, aku dapat melihat bra yang dipakainya. Lalu dia membelakangi kami, dia juga melepas branya setelah kemejanya ditanggalkan. Aku pun terbengong melihatnya karena belum pernah aku melihat wanita dewasa telanjang apa lagi ketika aku melihat pantatnya yang uuhh. Dia memilih baju agak lama, otomatis aku melihat punggungnya yang mulus dan akhirnya dia memakai baby doll dengan potongan leher rendah sekali tanpa bra dan bahannya super tipis kelihatan putingnya yang berwarna coklat muda. Kulitnya sangat putih dan mulus lebih putih dari Putri. Putri melihatku.

“Rendi koq bengong belum lihat kakakku buka baju ya? Lagian kakak buka baju nggak nyuruh kita pergi.”
Kak Linda ngomel,”Idih kalian masih kecil belum tahu apa apa lagian juga aku nggak ngelihatin kalian langsung. Mau lihat ya Ren?”dia bercanda.
Akupun menundukan mukaku karena malu.”Tapikan kak, susunya kakak sudah gede segitu apa nggak malu ama Rendi.”
Putri menjawab ketus.”Kamu aja telanjang kayak itu apa kamu juga nggak malu sudah ayo main lagi.” Linda menjawab adiknya. Kami pun bermain kembali.

Giliran Kak Linda aku periksa. Dia menyuruh aku memeriksanya, dia agak melongarkan bajunya. Ketika stetoskop aku masukkan di dalam bajunya lewat lubang lehernya, tepat kena putingnya. Dia memekik. Aku pun kaget tapi aku pun tidak melihatnya karena malu. Dia menyuruhku untuk untuk lama lama didaerah itu. Dia merem melek kayak nahan sesuatu, dipegangnya tanganku lalu ditekan tekan daerah putingnya. Aku merasa sesuatu mengeras.

“Kak ngapain.. Emang enak banget diperiksa.. Kayak orang sakit beneran banget.” Putri Tanya ama kakaknya.
Kak Linda pun berhenti.”Yuk kita mandi soalnya sudah sore lagikan kamu Putri ada les lho nanti kamu ketinggalan.” Ajak Kak Linda pada kami berdua. Dia menyuruh bawa handuk ama baju ganti.

Setelah mengisi air, aku pun membuka bajuku tanpa ada beban yang ada dan telanjang bulat begitu juga ama Putri. Kamipun bermain air di bathup. Kamar mandi disini amat mewah ada shower bathup dan lain lain lah, maklum dia anak terkaya dikampungku. Setelah itu pintu digedor ama kakaknya dia suruh buka pintu kamar mandinya. Aku pun membukanya. Kak Linda melihatku penuh kagum sambil menatap bagian bawahku yang sudah tanpa pelindung sedikitpun, aku baru tahu itu namanya lagi horny. Lalu dia masuk segera di membuka piyama mandinya. Jreng.. Hatiku langsung berdetak kencang, dia menggunakan bra tranparan ama CD yang tadi dia pake dihadapan kami.

“Bolehkan mandi bersama kalian lagian kalian kan masih anak kecil.”
“Ihh.. Kakak.. Punya kakak itu menonjol” ledek adiknya.

Dia hanya tersenyum menggoda kami terutama aku.”biarin”sambil dia pegang sendiri puting dia menjawab lalu dia membasahi badannya ama air di shower. Makin jelas apa yang nama payudara cewek lagi berkembang. Beitu kena air dari shower bra Kak Linda agak merosot kebawah. Lucu banget bentuknya pikirku. Payudaranya hendak seakan melompat keluar.

“Ayo cepat turun dulu, aku kasih busa di bathupnya..”.

Putri bergegas keluar tapi aku tidak, aku takut kalau ketahuan anuku mengeras, aku malu banget. Baru kali ini aku mengeras gede banget. Lalu Kak Linda mendekat dan melihatku serta menyuruhku untuk turun. Aku turun dengan tertunduk muka Kak Linda melihat bagian bawahku yang sudah mengeras sama pada waktu aku bermain tapi bedanya sekarang langsung dihadapan mata. Dia hanya tersenyum padaku. Aku kira dia marah. Dia kayak sengaja menyenggol senjataku dengan paha mulusnya.

“Ooohh.. Apa itu..” (pura pura dia tidak tahu) Putripun tertawa melihatnya.
“Itu yang dinamakan senjatanya laki laki yang lagi mengeras tapi culun ya kalau belum disunat” Kak Linda memberitahukan pada adiknya.

Setelah busanya melimpah di air kami pun nyebur bareng.

“Adik adik, Kakak boleh nggak membuka bra kakak” pinta Kak Linda pada kami.
“Buka aja to Kak lagian kalau mandi pakai pakaian kayak orang desa.” adiknya menjawab.

Tapi aku nggak bisa jawab. Dengan pelan pelan kancing dibelakang punggung dibukanya lalu lepas sudah pengaman dan pelindung susunya. Dengan telapak tangannya dia menutupi payudaranya.

“Sudah buka aja sekalian CD nya nanti kotor kena bau CD kakak,” ujar Putri kepada kakaknya.

Segera dia berdiri diatas bathup melorotkan CDnya dengan hati hati(kayaknya dia sangat menunggu ekspresiku ketika melihat wanita telanjang bulat dihadapannya). Ketika dia berdiri membetulkan shower diatas kami, aku melihat seluruh tubuhnya yang sudah telanjang bulat.

“Kak anu.. anu.. Susu kakak besarnya, ama bawahan kakak ada rambutnya dikit,” aku memujinya.

dia hanya tersenyum dan memberitahu kalau aslinya bawahan nya lebat hanya saja rajin dicukur. Dia agak berlama lama berdiri kayaknya makin deket aja bagian sensitivenya dengan wajahku, ada sesuatu harum yang berbeda dari daerah sekitar itu. Kak Linda terus berdiri sambil melirikku.

Sambil membilasi payudaranya dengan air hangat serta digoyang dikit dikit bokong bahenolnya. Dia menghadap kami sambil mnyiram bagian sensitifnya. Aku pun tak berani langsung menatapnya. Sambil memainkan payudaranya sendiri dia punya saran plus ide gila.

“Mainan yuk. Aku jadi ibunya, kamu jadi anaknya.”

Lalu Kak Linda menyuruh mainan ibu ibuan, dia menyuruh kami jadi bayi. Lalu dia menyodorkan susunya pada kami.

“Anakku kasihan, sini ibu beri kamu minum” dia berkata pada kami.

Putri pun langsung mengenyot puting susu kakaknya, tapi aku pun tak bergerak sama sekali, lalu dia langsung menyambar kepalaku ditarik ke arah payudaranya.

“Ayo sedot yang kuat.. Ahh.. Cepet.. Gigit pelan pelan.. Acchh,” kata itu keluar.

Tapi koq nggak keluar airnya. Punya Mama keluar air susunya. Tiba tiba Putri berhenti.

“Uhh.. Ini kan namanya mainan jadi nggak beneran. Kamu udahan aja sudah jamnya kamu les” Putri pun bergegas turun dan berganti pakaian sejak saat itu aku tak memdengar langkah dia lagi.

Aku pun masih disuruh mainan dengan putingnya tangan kiriku dikomando supaya meremas susu kirinya. Tiba tiba ada sesuatu yang bikin aku bergetar, ada sesuatu yang berambat dan memegangi anuku. Dengan kanan kanan memegangi tangan kiriku untuk meremas payudaranya ternyata tangan kanannya memainkan penisku.

Segera dia memerintahkan untuk turun dari situ. Kami pun turun dari situ. Lalu. Dia duduk di pingiran sambil membuka selakangannya. Aku baru melihat rahasia cewe.

“Rendi ini yang dinamakan vagina, punya cewek. Tadi waktu kakak berdiri aku tahu kalau kamu memperhatikan bagian kakak yang ini. Ayo aku ajarin gimana mainan ama vagina” akupun hanya mengangguk.

Dia menyuruh menjilatinya setelah dia mengeringkannya dengan handuk. Aku pun menjulurkan lidahku kesana tapi bagian luarnya. Dia hanya tersenyum melihatku. Dengan jari tangan nya dia membuka bagian kewanitaan itu. Aku benar benar takjub melihat pemandangan kayak itu. Warnanya merah muda seperti sebuah bibir mungil. Setelah dia buka kemaluannya, lalu dia suruh aku supaya menjilatinya. Ada cairan sedikit yang keluar dari bagian itu rasanya asin tapi enak. Disuruh aku menyodok dengan kedua jariku, terasa sangat becek. Dia menyuruhku berhenti sejenak. Ketika dia menggosok gosok sendiri dengan tangannya dengan cepat lalu dia menyambar kepalaku dengan tangannya ditempelkan mukaku dihadapannya.

Seerr.. Serr.. bunyi air yang keluar dari vaginanya banyak sekali. Sambil berteriak plus mendesis lagi merem melek. Setelah itu dia jongkok, aku kaget ketika dia langsung menjilati kepala penisku. Di buka bagian kulup hingga kelihatan kepalanya.

“Kakak enggak jijik ya kan buat kencing” aku bertanya pada dia tapi dia terus mengulumnya maju mundur.

Sakit dan geli itu yang kurasakan tapi lama lama enak aku langsung rasanya seperti kencing tapi tidak jadi. Dia menggunakan sabun cair katanya biar agak licin jadi nggak sakit. Saking enaknya aku bagai melayang badanku bergetar semua. Setelah dibilas dia mengkulum penisku, semua masuk didalam mulutnya.

“Kak aku mau kencing dulu” aku menyela.

Setelah itu dia berbaring dilantai dia menyuruh bermain dengan kacang didalam vaginanya. Pertama aku tidak tahu, dia memberi tahu setelah dia sendiri membukanya. Aku sentuh bagian itu dengan kasar dia langsung menjerit dia mengajari bagaimana seharusnya melakukannya. Diputar putar jariku disana tiba tiba kacanga itu menjadi sangat keras.

Sekitar 5 menit aku bermain dengan jariku kadang dengan lidahku. Keluar lagi air dari vaginanya. Aku disuruh terus menyedotnya. Dia kayaknya sangat lemas lunglai. Setelah beberapa saat dia memegang penisku dan menuntunnya di vagina.

“Coba masukan anumu ke dalam sana pasti aku jamin enak banget rasanya” dia menyuruhku.

Dengan hati-hati aku masukkan setelah masuk aku diam saja. Dia menyuruh aku untuk menekan keras. Dan bless masuk semuanya dia memberi saran kayak orang memompa. Masuk-keluar.

“Acchc terus.. yang cepet.. ah.. ah.. ah..” dia mendesis, dia menggoyangkan pantatnya yang besar kesana kemari.

Tapi sekitar 3 menit rasanya penisku kayak diremas oleh kedua daging itu lalu aku ingin sekali pipis. Saat itu penisku kayak ada yang air mengalir. Dan serr.. seerrs air kencingku membanjiri bagian dalamnya. Setelah kelelahan kami pun keluar dia langsung pergi ke kamar masih keadaan bugil. Kemudian dia berbaring karena lelah, aku mendekatinya dan dia memelukku seperti adiknya, payudaranya nempel di mukaku. Setelah aku melihat wajahnya dia menangis. Lalu dia menyuruh aku pulang. Aku mengenakan pakaian dan pulang. Dia menyuruh merahasiakan kalau aku berbicara ama orang lain aku nggak boleh bermain ama adiknya.

Kami pun terus melakukannya sekitar 1 tahun tanpa ada siapa yang tahu. Sekitar aku kelas 1 SMP dia kawin ama temannya karena dia hamil. Ketika 2 minggu lalu (saat ini) aku bertemu dia bertanya masih suka main seperti dulu. Akupun hanya tertawa ketika aku tahu itu yang namanya sex dan aku ngucapin terima kasih buat kakak, itu adalah pengalamanku yang pertama.

Minggu, 13 Januari 2013

Diperkosa Ayah Mertua

Cerita mesum, Namaku Novianti. Usiaku telah menginjak kepala tiga. Sudah menikah setahun lebih dan baru mempunyai seorang bayi laki-laki. Suamiku berusia hanya lebih tua satu tahun dariku. Kehidupan kami dapat dikatakan sangat bahagia. Memang kami berdua kawin dalam umur agak terlambat sudah diatas 30 tahun.
Selewat 40 hari dari melahirkan, suamiku masih takut untuk berhubungan seks. Mungkin dia masih teringat pada waktu aku menjerit-jerit pada saat melahirkan, memang dia juga turut masuk ke ruang persalinan mendampingi saya waktu melahirkan. Di samping itu aku memang juga sibuk benar dengan si kecil, baik siang maupun malam hari. Si kecil sering bangun malam-malam, nangis dan aku harus menyusuinya sampai dia tidur kembali.
Sementara suamiku semakin sibuk saja di kantor, maklum dia bekerja di sebuah kantor Bank Pemerintah di bagian Teknologi, jadi pulangnya sering terlambat. Keadaan ini berlangsung dari hari ke hari, hingga suatu saat terjadi hal baru yang mewarnai kehidupan kami, khususnya kehidupan pribadiku sendiri.
Ketika itu kami mendapat kabar bahwa ayah mertuaku yang berada di Amerika bermaksud datang ke tempat kami. Memang selama ini kedua mertuaku tinggal di Amerika bersama dengan anak perempuan mereka yang menikah dengan orang sana. Dia datang kali ini ke Indonesia sendiri untuk menyelesaikan sesuatu urusan. Ibu mertua nggak bisa ikut karena katanya kakinya sakit.
Ketika sampai waktu kedatangannya, kami menjemput di airport, suamiku langsung mencari-cari ayahnya. Suamiku langsung berteriak gembira ketika menemukan sosok seorang pria yang tengah duduk sendiri di ruang tunggu. Orang itu langsung berdiri dan menghampiri kami. Ia lalu berpelukan dengan suamiku. Saling melepas rindu. Aku memperhatikan mereka.
Ayah mertuaku masih nampak muda diumurnya menjelang akhir 50-an, meski kulihat ada beberapa helai uban di rambutnya. Tubuhnya yang tinggi besar, dengan kulit gelap masih tegap dan berotot. Kelihatannya ia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya berolah raga sejak dulu. Beliau berasal dari belahan Indonesia Timur dan sebelum pensiun ayah mertua adalah seorang perwira angkatan darat.
"Hei nak Novi. Apa khabar...!", sapa ayah mertua padaku ketika selesai berpelukan dengan suamiku.
"Ayah, apa kabar? Sehat-sehat saja kan? Bagaimana keadaan Ibu di Amerika..?" balasku.
"Oh...Ibu baik-baik saja. Beliau nggak bisa ikut, karena kakinya agak sakit, mungkin keseleo...."
"Ayo kita ke rumah", kata suamiku kemudian.
Sejak adanya ayah di rumah, ada perubahan yang cukup berarti dalam kehidupan kami. Sekarang suasana di rumah lebih hangat, penuh canda dan gelak tawa. Ayah mertuaku orangnya memang pandai membawa diri, pandai mengambil hati orang. Dengan adanya ayah mertua, suamiku jadi lebih betah di rumah. Ngobrol bersama, jalan-jalan bersama.
Akan tetapi pada hari-hari tertentu, tetap saja pekerjaan kantornya menyita waktunya sampai malam, sehingga dia baru sampai kerumah di atas jam 10 malam. Hal ini biasanya pada hari-hari Senin setiap minggu. Sampai terjadilah peristiwa ini pada hari Senin ketiga sejak kedatangan ayah mertua dari Amerika.
Sore itu aku habis senam seperti biasanya. Memang sejak sebulan setelah melahirkan, aku mulai giat lagi bersenam kembali, karena memang sebelum hamil aku termasuk salah seorang yang amat giat melakukan senam dan itu biasanya kulakukan pada sore hari. Setelah merasa cukup kuat lagi, sekarang aku mulai bersenam lagi, disamping untuk melemaskan tubuh, juga kuharapkan tubuhku bisa cepat kembali ke bentuk semula yang langsing, karena memang postur tubuhku termasuk tinggi kurus akan tetapi padat.
Setelah mandi aku langsung makan dan kemudian meneteki si kecil di kamar. Mungkin karena badan terasa penat dan pegal sehabis senam, aku jadi mengantuk dan setelah si kecil kenyang dan tidur, aku menidurkan si kecil di box tempat tidurnya. Kemudian aku berbaring di tempat tidur. Saking sudah sangat mengantuk, tanpa terasa aku langsung tertidur. Bahkan aku pun lupa mengunci pintu kamar.
Setengah bermimpi, aku merasakan tubuhku begitu nyaman. Rasa penat dan pegal-pegal tadi seperti berangsur hilang... Bahkan aku merasakan tubuhku bereaksi aneh. Rasa nyaman sedikit demi sedikit berubah menjadi sesuatu yang membuatku melayang-layang. Aku seperti dibuai oleh hembusan angin semilir yang menerpa bagian-bagian peka di tubuhku.
Tanpa sadar aku menggeliat merasakan semua ini sambil melenguh perlahan. Dalam tidurku, aku bermimpi suamiku sedang membelai-belai tubuhku dan kerena memang telah cukup lama kami tidak berhubungan badan, sejak kandunganku berumur 8 bulan, yang berarti sudah hampir 3 bulan lamanya, maka terasa suamiku sangat agresif menjelajahi bagian-bagian sensitif dari sudut tubuhku.
Tiba-tiba aku sadar dari tidurku... tapi kayaknya mimpiku masih terus berlanjut. Malah belaian, sentuhan serta remasan suamiku ke tubuhku makin terasa nyata. Kemudian aku mengira ini perbuatan suamiku yang telah kembali dari kantor. Ketika aku membuka mataku, terlihat cahaya terang masih memancar masuk dari lobang angin dikamarku, yang berarti hari masih sore. Lagian ini kan hari Senin, seharusnya dia baru pulang agak malam, jadi siapa ini yang sedang mencumbuku...
Aku segera terbangun dan membuka mataku lebar-lebar. Hampir saja aku menjerit sekuat tenaga begitu melihat orang yang sedang menggeluti tubuhku. Ternyata... dia adalah mertuaku sendiri. Melihat aku terbangun, mertuaku sambil tersenyum, terus saja melanjutkan kegiatannya menciumi betisku. Sementara dasterku sudah terangkat tinggi-tinggi hingga memperlihatkan seluruh pahaku yang putih mulus.
"Yah...!! Stop....jangan.... Yaaahhhh...!!?" jeritku dengan suara tertahan karena takut terdengar oleh Si Inah pembantuku.
"Nov, maafkan Bapak.... Kamu jangan marah seperti itu dong, sayang....!!" Ia malah berkata seperti itu, bukannya malu didamprat olehku.
"Ayah nggak boleh begitu, cepat keluar, saya mohon....!!", pintaku menghiba, karena kulihat tatapan mata mertuaku demikian liar sambil tangannya tak berhenti menggerayang ke sekujur tubuhku. Aku mencoba menggeliat bangun dan buru-buru menurunkan daster untuk menutupi pahaku dan beringsut-ingsut menjauhinya dan mepet ke ujung ranjang. Akan tetapi mertuaku makin mendesak maju menghampiriku dan duduk persis di sampingku. Tubuhnya mepet kepadaku. Aku semakin ketakutan.
"Nov... Kamu nggak kasihan melihat Bapak seperti ini? Ayolah, Bapak kan sudah lama merindukan untuk bisa menikmati badan Novi yang langsing padat ini....!!!!", desaknya.
"Jangan berbicara begitu. Ingat Yah... aku kan menantumu.... istri Toni anakmu?", jawabku mencoba menyadarinya.
"Jangan menyebut-nyebut si Toni saat ini, Bapak tahu Toni belum lagi menggauli nak Novi, sejak nak Novi habis melahirkan... Benar-benar keterlaluan tu anak....!!, lanjutnya.
Rupanya entah dengan cara bagaimana dia bisa memancing hubungan kita suami istri dari Toni. Ooooh.... benar-benar bodoh si Toni, batinku, nggak tahu kelakuan Bapaknya.
Mertuaku sambil terus mendesakku berkata bahwa ia telah berhubungan dengan banyak wanita lain selain ibu mertua dan dia tak pernah mendapatkan wanita yang mempunyai tubuh yang semenarik seperti tubuhku ini. Aku setengah tak percaya mendengar omongannya. Ia hanya mencoba merayuku dengan rayuan murahan dan menganggap aku akan merasa tersanjung.
Aku mencoba menghindar... tapi sudah tidak ada lagi ruang gerak bagiku di sudut tempat tidur. Ketika kutatap wajahnya, aku melihat mimik mukanya yang nampaknya makin hitam karena telah dipenuhi nafsu birahi. Aku mulai berpikir bagaimana caranya untuk menurunkan hasrat birahi mertuaku yang kelihatan sudah menggebu-gebu. Melihat caranya, aku sadar mertuaku akan berbuat apa pun agar maksudnya kesampaian.
Kemudian terlintas dalam pikiranku untuk mengocok kemaluannya saja, sehingga nafsunya bisa tersalurkan tanpa harus memperkosa aku. Akhirnya dengan hati-hati kutawarkan hal itu kepadanya.
"Yahh... biar Novi mengocok Ayah saja ya... karena Novi nggak mau ayah menyetubuhi Novi... Gimana...?"
Mertuaku diam dan tampak berpikir sejenak. Raut mukanya kelihatan sedikit kecewa namun bercampur sedikit lega karena aku masih mau bernegosiasi.
"Baiklah..", kata mertuaku seakan tidak punya pilihan lain karena aku ngotot tak akan memberikan apa yang dimintanya.
Mungkin inilah kesalahanku. Aku terlalu yakin bahwa jalan keluar ini akan meredam keganasannya. Kupikir biasanya lelaki kalau sudah tersalurkan pasti akan surut nafsunya untuk kemudian tertidur. Aku lalu menarik celana pendeknya.
Ugh! Sialan, ternyata dia sudah tidak memakai celana dalam lagi. Begitu celananya kutarik, batangnya langsung melonjak berdiri seperti ada pernya. Aku sangat kaget dan terkesima melihat batang kemaluan mertuaku itu....
Oooohhhh...... benar-benar panjang dan besar. Jauh lebih besar daripada punya Toni suamiku. Mana hitam lagi, dengan kepalanya yang mengkilap bulat besar sangat tegang berdiri dengan gagah perkasa, padahal usianya sudah tidak muda lagi.
Tanganku bergerak canggung. Bagaimananpun baru kali ini aku memegang kontol orang selain milik suamiku, mana sangat besar lagi sehingga hampir tak bisa muat dalam tanganku. Perlahan-lahan tanganku menggenggam batangnya. Kudengar lenguhan nikmat keluar dari mulutnya seraya menyebut namaku.
"Ooooohhh.....sssshhhh.....Noviii...eee..eeenaaak. .. betulll..!!!" Aku mendongak melirik kepadanya. Nampak wajah mertuaku meringis menahan remasan lembut tanganku pada batangnya.
Aku mulai bergerak turun naik menyusuri batangnya yang besar panjang dan teramat keras itu. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap moncongnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya. Kudengar mertuaku kembali melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Aku tahu dia sudah sangat bernafsu sekali dan mungkin dalam beberapa kali kocokan ia akan menyemburkan air maninya. Sebentar lagi tentu akan segera selesai sudah, pikirku mulai tenang.
Dua menit, tiga... sampai lima menit berikutnya mertuaku masih bertahan meski kocokanku sudah semakin cepat. Kurasakan tangan mertuaku menggerayangi ke arah dadaku. Aku kembali mengingatkan agar jangan berbuat macam-macam.
"Nggak apa-apa .....biar cepet keluar..", kata mertuaku memberi alasan.
Aku tidak mengiyakan dan juga tidak menepisnya karena kupikir ada benarnya juga. Biar cepat selesai, kataku dalam hati. Mertuaku tersenyum melihatku tidak melarangnya lagi. Ia dengan lembut dan hati-hati mulai meremas-remas kedua payudara di balik dasterku. Aku memang tidak mengenakan kutang kerena habis menyusui si kecil tadi. Jadi remasan tangan mertua langsung terasa karena kain daster itu sangat tipis.
Sebagai wanita normal, aku merasakan kenikmatan juga atas remasan ini. Apalagi tanganku masih menggenggam batangnya dengan erat, setidaknya aku mulai terpengaruh oleh keadaan ini. Meski dalam hati aku sudah bertekad untuk menahan diri dan melakukan semua ini demi kebaikan diriku juga. Karena tentunya setelah ini selesai dia tidak akan berbuat lebih jauh lagi padaku.
"Novi sayang.., buka ya? Sedikit aja..", pinta mertuaku kemudian.
"Jangan Yah. Tadi kan sudah janji nggak akan macam-macam..", ujarku mengingatkan.
"Sedikit aja. Ya?" desaknya lagi seraya menggeser tali daster dari pundakku sehingga bagian atas tubuhku terbuka. Aku jadi gamang dan serba salah. Sementara bagian dada hingga ke pinggang sudah telanjang. Nafas mertuaku semakin memburu kencang melihatku setengah telanjang.
"Oh.., Novii kamu benar-benar cantik sekali....!!!", pujinya sambil memilin-milin dengan hati-hati puting susuku, yang mulai basah dengan air susu. Aku terperangah. Situasi sudah mulai mengarah pada hal yang tidak kuinginkan.
Aku harus bertindak cepat. Tanpa pikir panjang, langsung kumasukkan batang kemaluan mertuaku ke dalam mulutku dan mengulumnya sebisa mungkin agar ia cepat-cepat selesai dan tidak berlanjut lebih jauh lagi. Aku sudah tidak mempedulikan perbuatan mertuaku pada tubuhku. Aku biarkan tangannya dengan leluasa menggerayang ke sekujur tubuhku, bahkan ketika kurasakan tangannya mulai mengelus-elus bagian kemaluanku pun aku tak berusaha mencegahnya. Aku lebih berkonsentrasi untuk segera menyelesaikan semua ini secepatnya. Jilatan dan kulumanku pada batang kontolnya semakin mengganas sampai-sampai mertuaku terengah-engah merasakan kelihaian permainan mulutku.
Aku tambah bersemangat dan semakin yakin dengan kemampuanku untuk membuatnya segera selesai. Keyakinanku ini ternyata berakibat fatal bagiku. Sudah hampir setengah jam, aku belum melihat tanda-tanda apapun dari mertuaku. Aku jadi penasaran, sekaligus merasa tertantang. Suamiku pun yang sudah terbiasa denganku, bila sudah kukeluarkan kemampuan seperti ini pasti takkan bertahan lama. Tapi kenapa dengan mertuaku ini? Apa ia memakai obat kuat?
Saking penasarannya, aku jadi kurang memperhatikan perbuatan mertuaku padaku. Entah sejak kapan daster tidurku sudah terlepas dari tubuhku. Aku baru sadar ketika mertuaku berusaha menarik celana dalamku dan itu pun terlambat!
Begitu menengok ke bawah, celana itu baru saja terlepas dari ujung kakiku. Aku sudah telanjang bulat! Ya ampun, kenapa kubiarkan semua ini terjadi. Aku menyesal kenapa memulainya. Ternyata kejadiannya tidak seperti yang kurencanakan. Aku terlalu sombong dengan keyakinanku. Kini semuanya sudah terlambat. Berantakan semuanya! Pekikku dalam hati penuh penyesalan. Situasi semakin tak terkendali. Lagi-lagi aku kecolongan.
Mertuaku dengan lihainya dan tanpa kusadari sudah membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di bawahku. Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian kurasakan sentuhan lembut di seputar selangkanganku. Tubuhku langsung bereaksi dan tanpa sadar aku menjerit lirih.
Suka tidak suka, mau tidak mau, kurasakan kenikmatan cumbuan mertuaku di sekitar itu. Akh luar biasa! Aku menjerit dalam hati sambil menyesali diri. Aku marah pada diriku sendiri, terutama pada tubuhku sendiri yang sudah tidak mau mengikuti perintah pikiran sehatku.
Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama permainan lidah mertuaku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah ingin membenamkan wajah itu ke dalam selangkanganku. Kuakui ia memang pandai membuat birahiku memuncak. Kini aku sudah lupa dengan siasat semula. Aku sudah terbawa arus. Aku malah ingin mengimbangi permainannya. Mulutku bermain dengan lincah. Batangnya kukempit dengan buah dadaku yang membusung penuh dan kenyal. Maklum, masih menyusui.
Sementara kontol itu bergerak di antara buah dadaku, mulutku tak pernah lepas mengulumnya. Tanpa kusadari kami saling mencumbu bagian vital masing-masing selama lima belas menit. Aku semakin yakin kalau mertuaku memakai obat kuat. Ia sama sekali belum memperlihatkan tanda-tanda akan keluar, sementara aku sudah mulai merasakan desiran-desiran kuat bergerak cepat ke arah pusat kewanitaanku. Jilatan dan hisapan mulut mertuaku benar-benar membuatku tak berdaya.
Aku semakin tak terkendali. Pinggulku meliuk-liuk liar. Tubuhku mengejang, seluruh aliran darah serasa terhenti dan aku tak kuasa untuk menahan desakan kuat gelombang lahar panas yang mengalir begitu cepat.
"Oooohhhhh.......aaaa....aaaaa......aaauugghhhhhhh hh..!!!!!" aku menjerit lirih begitu aliran itu mendobrak pertahananku. Kurasakan cairan kewanitaanku menyembur tak tertahankan. Tubuhku menggelepar seperti ikan terlempar ke darat merasakan kenikmatan ini. Aku terkulai lemas sementara batang kontol mertuaku masih berada dalam genggamanku dan masih mengacung dengan gagahnya, bahkan terasa makin kencang saja.
Aku mengeluh karena tak punya pilihan lain. Sudah kepalang basah. Aku sudah tidak mempunyai cukup tenaga lagi untuk mempertahankan kehormatanku, aku hanya tergolek lemah tak berdaya saat mertuaku mulai menindih tubuhku. Dengan lembut ia mengusap wajahku dan berkata betapa cantiknya aku sekarang ini.
"Noviii.....kau sungguh cantik. Tubuhmu indah dan langsing tapi padat berisi.., mmpphh..!!!", katanya sambil menciumi bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya.
Aku seakan terpesona oleh pujiannya. Cumbu rayunya begitu menggairahkanku. Aku diperlakukan bagai sebuah porselen yang mudah pecah. Begitu lembut dan hati-hati. Hatiku entah mengapa semakin melambung tinggi mendengar semua kekagumannya terhadap tubuhku.
Wajahku yang cantik, tubuhku yang indah dan berisi. Payudaraku yang membusung penuh dan menggantung indah di dada. Permukaan agak menggembung, pinggul yang membulat padat berisi menyambung dengan buah pantatku yang `bahenol’. Diwajah mertuaku kulihat memperlihatkan ekspresi kekaguman yang tak terhingga saat matanya menatap nanar ke arah lembah bukit di sekitar selangkanganku yang baru numbuh bulu-bulu hitam pendek, dengan warna kultiku yang putih mulus.
Kurasakan tangannya mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua kakiku yang tadinya merapat.
Mertuaku menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar. Kurasakan kepala kontolnya yang besar ditempelkan pada bibir kemaluanku. Digesek-gesek, mulai dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli dan nikmat. Cairan yang masih tersisa di sekitar itu membuat gesekannya semakin lancar karena licin.
Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja melakukan itu. Apalagi saat moncong kontolnya itu menggesek-gesek kelentitku yang sudah menegang. Mertuaku menatap tajam melihat reaksiku. Aku balas menatap seolah memintanya untuk segera memasuki diriku secepatnya.
Ia tahu persis apa yang kurasakan saat itu. Namun kelihatannya ia ingin melihatku menderita oleh siksaan nafsuku sendiri. Kuakui memang aku sudah tak tahan untuk segera menikmati batang kontolnya dalam memekku. Aku ingin segera membuatnya `KO’. Terus terang aku sangat penasaran dengan keperkasaannya. Kuingin buktikan bahwa aku bisa membuatnya cepat-cepat mencapai puncak kenikmatan.
"Yah..?" panggilku menghiba.
"Apa sayang...", jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.
"Cepetan..yaaahhhhh.......!!!"
"Sabar sayang. Kamu ingin Bapak berbuat apa.......?" tanyanya pura-pura tak mengerti.
Aku tak menjawab. Tentu saja aku malu mengatakannya secara terbuka apa keinginanku saat itu. Namun mertuaku sepertinya ingin mendengarnya langsung dari bibirku. Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya. Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
"Novii....iiii... iiiingiiinnnn aaa...aaayahhhh....se....se.. seeegeeeraaaa ma... masukin..!!!", kataku terbata-bata dengan terpaksa.
Aku sebenarnya sangat malu mengatakan ini. Aku yang tadi begitu ngotot tidak akan memberikan tubuhku padanya, kini malah meminta-minta. Perempuan macam apa aku ini!?
"Apanya yang dimasukin.......!!", tanyanya lagi seperti mengejek.
"Aaaaaaggggkkkkkhhhhh.....ya...yaaaahhhh. Ja.....ja....Jaaangan siksa Noviiii..!!!"
"Bapak tidak bermaksud menyiksa kamu sayang......!!"
"Oooooohhhhhh.., Yaaaahhhh... Noviii ingin dimasukin kontol ayah ke dalam memek Novi...... uugghhhh..!!!"
Aku kali ini sudah tak malu-malu lagi mengatakannya dengan vulgar saking tak tahannya menanggung gelombang birahi yang menggebu-gebu. Aku merasa seperti wanita jalang yang haus seks. Aku hampir tak percaya mendengar ucapan itu keluar dari bibirku sendiri. Tapi apa mau dikata, memang aku sangat menginginkannya segera.
"Baiklah sayang. Tapi pelan-pelan ya", kata mertuaku dengan penuh kemenangan telah berhasil menaklukan diriku.
"Uugghh..", aku melenguh merasakan desakan batang kontolnya yang besar itu. Aku menunggu cukup lama gerakan kontol mertuaku memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai. Selain besar, kontol mertuaku sangat panjang juga. Aku sampai menahan nafas saat batangnya terasa mentok di dalam. Rasanya sampai ke ulu hati. Aku baru bernafas lega ketika seluruh batangnya amblas di dalam.
Mertuaku mulai menggerakkan pinggulnya perlahan-lahan. Satu, dua dan tiga tusukan mulai berjalan lancar. Semakin membanjirnya cairan dalam liang memekku membuat kontol mertuaku keluar masuk dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk perlahan. Naik turun mengikuti irama tusukannya.
Gerakan kami semakin lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak beraturan karena yang penting bagiku tusukan itu mencapai bagian-bagian peka di dalam relung kewanitaanku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan.
Ia bisa mengarahkan batangnya dengan tepat ke sasaran. Aku bagaikan berada di awang-awang merasakan kenikmatan yang luar biasa ini. Batang mertuaku menjejal penuh seluruh isi liangku, tak ada sedikitpun ruang yang tersisa hingga gesekan batang itu sangat terasa di seluruh dinding vaginaku.
"Aduuhh.. auuffhh.., nngghh..!!!", aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan ini.
Kembali aku mengakui keperkasaan dan kelihaian mertuaku di atas ranjang. Ia begitu hebat, jantan dan entah apalagi sebutan yang pantas kuberikan padanya. Toni suamiku tidak ada apa-apanya dibandingkan ayahnya yang bejat ini. Yang pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga bercinta dengannya meski kusadari perbuatan ini sangat terlarang dan akan mengakibatkan permasalahan besar nantinya. Tetapi saat itu aku sudah tak perduli dan takkan menyesali kenikmatan yang kualami.
Mertuaku bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan desiran-desiran yang mulai berdatangan seperti gelombang mendobrak pertahananku. Sementara mertuaku dengan gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan. Eranganku semakin keras terdengar seiring dengan gelombang dahsyat yang semakin mendekati puncaknya.
Melihat reaksiku, mertuaku mempercepat gerakannya. Batang kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya seakan tak memperdulikan liangku yang sempit itu akan terkoyak akibatnya. Kulihat tubuh mertuaku sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Tubuhku yang berkeringat nampak mengkilat terkena sinar lampu kamar.
Aku mencoba meraih tubuh mertuaku untuk mendekapnya. Dan disaat-saat kritis, aku berhasil memeluknya dengan erat. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih tubuhku dengan erat. Kurasakan tonjolan otot-ototnya yang masih keras dan pejal di sekujur tubuhku. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai buah pantatnya dan menarik kuat-kuat.
Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang dari dalam diriku. Aku meregang seperti ayam yang baru dipotong. Tubuhku mengejang-ngejang di atas puncak kenikmatan yang kualami untuk kedua kalinya saat itu.
"Yaaaah.., ooooohhhhhhh.., Yaaaahhhhh..eeee...eeennnaaaakkkkkkkk...!!!"
Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya kenikmatan yang kualami bersamanya.
"Sayang nikmatilah semua ini. Bapak ingin kamu dapat merasakan kepuasan yang sesungguhnya belum pernah kamu alami....", bisik ayah dengan mesranya.
"Bapak sayang padamu, Bapak cinta padamu.... Bapak ingin melampiaskan kerinduan yang menyesak selama ini..", lanjutnya tak henti-henti membisikan untaian kata-kata indah yang terdengar begitu romantis.
Aku mendengarnya dengan perasaan tak menentu. Kenapa ini datangnya dari lelaki yang bukan semestinya kusayangi. Mengapa kenikmatan ini kualami bersama mertuaku sendiri, bukan dari anaknya yang menjadi suamiku...????. Tanpa terasa air mata menitik jatuh ke pipi. Mertuaku terkejut melihat ini. Ia nampak begitu khawatir melihatku menangis.
"Novi sayang, kenapa menangis?" bisiknya buru-buru.
"Maafkan Bapak kalau telah membuatmu menderita..", lanjutnya seraya memeluk dan mengelus-elus rambutku dengan penuh kasih sayang. Aku semakin sedih merasakan ini. Tetapi ini bukan hanya salahnya. Aku pun berandil besar dalam kesalahan ini. Aku tidak bisa menyalahkannya saja. Aku harus jujur dan adil menyikapinya.
"Bapak tidak salah. Novi yang salah..", kataku kemudian.
"Tidak sayang. Bapak yang salah...", katanya besikeras.
"Kita, Yah. Kita sama-sama salah", kataku sekaligus memintanya untuk tidak memperdebatkan masalah ini lagi.
"Terima kasih sayang", kata mertuaku seraya menciumi wajah dan bibirku.
Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali gairahku. Aku masih penasaran dengannya. Sampai saat ini mertuaku belum juga mencapai puncaknya. Aku seperti mempunyai utang yang belum terbayar. Kali ini aku bertekad keras untuk membuatnya mengalami kenikmatan seperti apa yang telah ia berikan kepadaku.
Aku tak sadar kenapa diriku jadi begitu antusias untuk melakukannya dengan sepenuh hati. Biarlah terjadi seperti ini, toh mertuaku tidak akan selamanya berada di sini. Ia harus pulang ke Amerika. Aku berjanji pada diriku sendiri, ini merupakan yang terakhir kalinya.
Timbulnya pikiran ini membuatku semakin bergairah. Apalagi sejak tadi mertuaku terus-terusan menggerakan kontolnya di dalam memekku. Tiba-tiba saja aku jadi beringas. Kudorong tubuh mertuaku hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan menicumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya.
Kembali kuselomoti batang kontolnya yang tegak bagai tiang pancang beton itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut. Tanganku mengocok-ngocok batangnya.
Kulirik kewajah mertuaku kelihatannya menyukai perubahanku ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing berada di samping kiri dan kanan tubuh mertuaku. Selangkanganku berada persis di atas batangnya.
"Akh sayang!" pekik mertuaku tertahan ketika batangnya kubimbing memasuki liang memekku. Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan habis seluruh batangnya. Selanjutnya aku bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak seperti kuda binal yang sedang birahi.
Aku tak ubahnya seperti pelacur yang sedang memberikan kepuasan kepada hidung belang. Tetapi aku tak perduli. Aku terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik, sambil sekali-sekali meliuk seperti ular. Gerakan pinggulku persis seperti penyanyi dangdut dengan gaya ngebor, ngecor, patah-patah, bergetar dan entah gaya apalagi. Pokoknya malam itu aku mengeluarkan semua jurus yang kumiliki dan khusus kupersembahkan kepada ayah mertuaku sendiri!
"Ooohh... oohhhh... oooouugghh.. Noviiiii.., luar biasa.....!!!" jerit mertuaku merasakan hebatnya permainanku.
Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangan mertuaku mencengkeram kedua buah dadaku, diremas dan dipilin-pilin, sehingga air susuku keluar jatuh membasahi dadanya.
Ia lalu bangkit setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menjilat-jilat seluruh permukaan dadaku yang berlumuran air susuku dan akhirnya menciumi putting susuku. Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas menyedot air susuku sebanyak-banyaknya.
Kami berdua saling berlomba memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan dinginnya udara meski kamarku menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Mertuaku menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya. Permain kami semakin meningkat dahsyat.
Sprei ranjangku sudah tak karuan bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali. Kurasakan mertuaku mulai memperlihatkan tanda-tanda.
Aku semakin bersemangat memacu pinggulku untuk bergoyang. Mungkin goyangan pinggulku akan membuat iri para penyanyi dangdut saat ini. Tak selang beberapa detik kemudian, aku pun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini. Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat. Aku terus memacu sambil menjerit-jerit histeris. Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kali ini aku harus menang! Upayaku ternyata tidak percuma.
Kurasakan tubuh mertuaku mulai mengejang-ngejang. Ia mengerang panjang. Menggeram seperti harimau terluka. Aku pun merintih persis kuda betina binal yang sedang birahi.
"Eerrgghh.. ooooo....ooooooo.....oooooouugghhhhhh..!!!!" mertuaku berteriak panjang.
Tubuhnya menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku merasakan semburan dahsyat menyirami seluruh relung vaginaku. Semprotannya begitu kuat dan banyak membanjiri liangku. Akupun rasanya tidak kuat lagi menahan desakan dalam diriku. Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan ayah mertuaku.
Tubuh kami bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat. Saking dahsyatnya, tubuh kami terjatuh dari ranjang. Untunglah ranjang itu tidak terlalu tinggi dan permukaan lantainya tertutup permadani tebal yang empuk sehingga kami tidak sampai terkilir atau terluka.
"Oooooogggghhhhhhh.. yaahh..,nik....nikkkk nikmaatthh.... yaaahhhh..!!!!" jeritku tak tertahankan.
Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan waktu lebih dari 2 jam!
Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya aku bercinta sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya menikmati sisa-sisa kepuasan. Perasaanku tiba-tiba terusik.
Sepertinya aku mendengar sesuatu dari luar pintu kamar, kayaknya si Inah.... Karena mendengar suara ribut-ribut dari kamar, rupanya ia datang untuk mengintip.... tapi aku sudah terlalu lelah untuk memperhatikannya dan akhirnya tertidur dalam pelukan mertuaku, melupakan semua konsekuensi dari peristiwa di sore ini di kemudian hari.....

Desi Kakakku

Cerita Perawan, Nama aku Randi 19 tahun, aku dua bersaudara, aku anak kedua dimana kakakku perempuan berusia 5 tahun lebih tua dariku. Aku ngin menceritakan kejadian yang menimpa kehidupan seks aku 3 tahun yang lalu.

Pada waktu itu aku berumur 16 tahun masih 1 smu, sedangkan kakak aku berusia 22 tahun dan sudah kuliah. Kakakku orangnya memakai jilbab. Meskipun kakakku memakai jilbab dia sangat sexy, orang bilang mukanya sexy banget, demikian pula postur tubuhnya, tinggi 160 cm, kulit putih dan bra aku kira 36-an, tapi yang paling menyolok dari dia adalah pantatnya yang bulat besar dan bahenol, ini dapat aku nilai karena aku sering mengintip dia waktu dia sedang mandi atau sedang ganti pakaian. Jika berjalan ke mal ataupun kemanapun dia pergi, dia selalu pakai baju yang agak ketat meskipun dia memakai jilbab, orang selalu memandang goyangan pinggul dan pantatnya. Sampai-sampai aku sebagai adik kandungnyapun sangat menyukai pantat dan pinggul kakakku itu.

Meskipun kakakku memakai jilbab, kebetulan kakakku menyukai baju-baju model agak ketat dan celana agak ketat pula sehingga agak mencetak kemontokan dan keindahan tubuhnya. Apalagi jika dirumah, meskipun dia selalu memakai jilbab atau kerudung, dia selalu memakai baju tidur yang panjang tapi agak tipis sehingga agak terlihat belahan pantat dan celana dalamnya. Sebagai remaja yang baru puber dan juga olok-olok dari teman-temanku diam-diam aku sangat terangsang bila melihat pinggul kakakku. Sebaga efek sampingnya aku sering melakukan onani di kamarku atau di kamar mandi sambl membayangkan gimana rasanya kemaluanku dijepit diantara pantat montoknya.

Keinginan itu kurasakan sejak aku duduk di bangku 1 smu ini, aku sering mencuri-curi pandang untuk mengitip CD-nya apabila dia memakai rok. Dia mempunyai pacar yang berumur setahun lebih muda dari padanya. Aku sering memergoki mereka pacaran di ruang tamu, saling meremas tangan sampai mereka berciuman. Suatu hari aku memergoki pacarnya sedang menghisap buah dada kakakku di kamar tamu meskipun baju dan jilbabnya tetap terpasang di badannya, kakakku hanya mengeluarkan buah dadanya dari kancing yang terlepas sebagian, mereka langsung belingsatan buru-buru merapihkan bajunya. Malam harinya kakakku mendatangi kamarku dan memohon kepadaku agar tidak menceritakan apa yang aku lihat ke orang-orang terutama pada ayah dan ibuku.

Dik, jangan bilang-bilang yah, abis tadi si Hendra (pacarnya) memaksa Mbak, katanya. Aku Cuma mengganguk dan melongo karena kakakku masuk kekamarku menggunakan jilbab dan baju yang longgar(daster) tetapi agak tipis sambil membawa sebuah novel, sehingga paha dan dadanya yang montok terlihat karena dikamarku agak gelap sedangkan diluar lampu terang benderang. “hai, kok melongo???? “ …aku jadi gelagapan dan bilang “ia- ia mbak, aku ngga akan bilang-bilang” kataku.

Tiba-tiba dia rebahan di ranjangku dengan tertelungkup sambil membaca novel, aku memandanginya dari belakang membuat kemaluanku ngaceng karena pantat kakakku seolah-olah menantang kemaluanku. Berkali-kali aku menelan ludah. Dan pelan-pelan aku meraba kemaluanku yang tegang. Sampai kira-kira lima menit, dia menoleh ke arahku dan aku langsung melepas tanganku dari kemaluanku dan berpura-pura belajar. Kakakku mengajakku lari pagi besok hari dan dia memintaku menbangunkannya jam 5 pagi. Aku mengiakannya. Ketika dia keluar kamarku, aku melihat goyangan pinggulnya sangat sexy, dan begitu dia menutup pintu, aku langsung mengeluarkan kemaluanku dan mengocoknya, tapi sialnya tiba-tiba kakakku balik lagi dan kali ini da melihatku mengocok kemaluanku. Dia pura-pura tidak melihat dan berkata “jangan lupa bangunin mbak jam 5 pagi “. Lagi-lagi aku gelagapan “ia- ia – ia” kataku. Kakakku langsung pergi lagi sambil ngelirik ke-arah kemaluanku dan tersenyum. Malam itu aku ngga jadi beronani karena malu dipergoki kakakku.

Pagi harinya jam 5 pagi aku ke kamarnya dan kudapari dia sedang tidur mengakang…. Lagi-lagi aku melotot melihat pemandangan itu dan aku mulai meraba-raba pahanya, sampai kira-kira 2 menit dan ku-remas paha montoknya dia terbangun danku buru-buru melepaskan tanganku dari pahanya.

Singkat cerita kami lari pagi, dia mengenakan jilbab atau kerudung sedangkan bajunya dia mengenakan training yang agak ketat sehingga setiap lekuk pinggul dan pantatnya terlihat sexy sekali dan tiap laki-laki yang berpapasan selalu melirik pantat itu. Begitu selesai lari pagi, kita pulang naik angkutan bus dan kebetulan penuh sesak, akibatnya kita berdesak-desak. Entah keberuntungan atau bukan, kakaku berada di depanku sehingga pantat montoknya tepat di kemaluanku . Perlahan-lahan kemaluanku berdiri dan aku yakin kakakku merasakannya. Ketika bus semakin sesak, kemaluanku makin mendesak pantatnya dan aku pura-pura menoleh ke-arah lain. Tiba-tiba kakakku mengoyangkan pantatnya, karuan aku kenikmatan. ‘dik, kamu kemarin ngapain waktu mbak ke kamar kamu?” katanya “kamu onani yah??? Katanya lagi aku diam seribu basa karena malu. ‘makanya buru-buru cari pacar” katanya. “emang kalo ada pacar bisa digini yah?” kataku nekat sabil menonjokkan kemaluanku dipantatnya. “setidaknya ada pelampiasan” timpal kakakku. . “wah enak dong mbak ada pelampiasan?”tanyaku. “tapi ngga sampe gini” kata kakakku lagi sambil menggoyangkan lagi pantatnya. “kenapa” tanyaku. Sebelum dia menjawab kami sudah sampai tempat tujuan.

Pada sore hari itu, ketika aku pulang sekolah, kudapat rumah sepi sekali dan perlahan-lahan aku masuk rumah dan ternyata kakakku dan pacarnya sedang diruang tamu saling cium dan saling raba. Aku terus mengintip dari balik pintu, selembar demi selembar pakaian pacar kakakku terlepas sedangkan kakakku masih memakai jilbab dan baju jubahnya masih terpasang tetapi sudah tersingkap sampai sebatas perut, sehingga terlihat CD hitamnya yang mini dan sexy dan pacarnya sudah tinggal memakai CD saja. Kulihat tangan kakakku menelusup ke dalam CD pacarnya dan meremas serta mengocok kemaluan pacarnya yang tegang.

Pelan-pelan tangan pacarnya membuka CD kakakku dan terbukalah pantat bahenol nan montok milik kakakku. Pacarnya meremas-remas sambil meringis karena kocokan kakakku pada kemaluannya. ‘oh, aku udah ngga tahan” kata pacarnya “aku pengen masukin ke memekmu” katanya sambil mendorong kakakku sehingga tertelungkup di sofa. Ku lihat dia semakin mengangkat baju kakakku tetapi jilbabnya tetap terpasang tetapi sudah agak kusut dan menindihinya dari belakang kan berusaha menyodokan kemaluannya ke kemaluan kakakku dari arah belakang. Tapi begitu nempel di pantatnya, kuliha ar maninya tumpah ke pantat kakakku. “ohhh” dia melenguh dan kakakku menoleh kebelakang” kok udah” tanyanya Pacarnya bilang “maaf aku ngga tahan” katanya . Tiba-tiba lampu padam dan telepon HP sang pacar berdering dan di balik pintu aku sedang beronani ria sambil melihat kemontokan tubuh kakakku. Setelah menerima HP, sang pacar menyalakan sebatang lilin kecil diatas lemari dan dia berpakaian dan buru-buru pamit. “Aku ngga anterin kedepan pintu yah “ kata kakakku sambil tetap tertelungkup di sofa….. Begitu sang pacar hilang , nafsuku sudah ke ubun-ubun, di kegelapan remang-remang aku mendekati kakakku dan setelah dekat, dari jarak kira-kira satu meter aku memandangi bagian belakang tubuh telanjang kakakku, berkali-kali menelan ludah melihat pantat bahenol kakakku.

Karena udah ngga tahan, aku pelan-pelan membuka celanaku sampai copot dan kulihat kemaluanku yang besar dan panjang (itu menurut teman-temanku sewaktu kami berenang dan membandingkan kemaluan kami) berdenyut-denyut minta pelampiasan. Aku langsung menindihinya dari belakang, dan untungnya kakakku mengira sang pacar belum pulang dan masih ingin ngentot dia. “aw…., dra (nama pacarnya hendra) kok ngga jadi pulang” tanyanya , karena kondisi ruangan sangat gelap sehingga dia tidak menyadari bahwa adiknya sedang berusaha menempelkan kemaluannya ke kemaluanya. “aw dra jangan dimasukan aku masih perawan katanya ditempelin aja dra aku masih perawan’ katanya memohon. Karena aku udah tahan, maka pelan-pelan ku bimbing tangannya untuk menggengam kemaluanku dan agar ditutun ke kemaluannya. Begitu dia megang “dra, kok gede amat sih”katanya heran (soalnya punya pacarnya jauh lebih kecil daripada punyaku)sambil membimbing kemaluanku dan menempelkan kekemaluannya. “gosok pelan-pelan dra”, aku menekan dan gila bener-bener nikmat. Setelah kira kira dua menit aku menggosokkan kemaluanku ke kemaluan kakakkut akhirnya aku mencapai klimaksnya dan crot…crot..crot…spermaku menyembur ke pantat kakakku.

Aku tetap memeluk tubuh kakakku dan pelan-pelan aku meninggalkannya. “dra, mau kemana?” teriaknya aku buru-buru memungut celana dan memasuki kamarku dan masih celana dan CD ku belum kupakai aku rebahan di ranjangku sambil kututupi dengan selimut tipis membayangkan kenikmatan yang barusan terjadi.

Tba-tiba telepon berdering dan lampu menyala. kudengar kakaku menerima telepon itu dia herannya setengah mati karena yang menelepon adalah pacarnya si henra. “dra, kok kamu udah ada di rumah lagi jangan main-main yah kamu dimana, udah enak langsung lari” Beberapa saat kemudian kudengar bunyi telpon dibanting. Dan dikamarku, aku cepat-cepat mematikan lampu dan pura-pura tidur. Semenit kemudian kakakku masuk ke kamarku dan melihat aku tidur berselimut dia menghampriku dan duduk di tepi ranjangku. Di kegelapan kamarku kuintip kakakku masih memakai pakai dan jilbab yang tadi dia pakai,dia ngga berani membagunkanku malahan rebahan disampingku. Kesunyian sekitar 15 menit, kemudian kuintip ternyata kakakku tertidur. Akupun tertidur sampai keesokan harinya.

Setelah kejadian hari itu aku selalu membayangkan betapa enaknya tubuh kakakku meskipun hanya menempelkan dan menggosokan kemaluanku pada kemaluannya saja. Pada suatu siang, aku ingin meminjam kaset lagunya. Karena sudah biasa, aku pun masuk tanpa mengetuk pintunya. Dan betapa terkejutnya aku ketika kulihat mbak Desi kakakku sedang tidur-tiduran sambil memejamkan matanya. Tangannya masuk kedalam CD nya sedangkan jilbab dan bajunya masih terpasang, hanya bajunya sudah tersingkap sebatas perut. Spontan, ia terkejut ketika melihatku. Aku segera keluar.

Tak sampai satu menit, mbak Desi keluar (pakaiannya sudah rapi meskipun jilbabnya agak kusut). Ia memintaku agar merahasiakan hal itu dari ayah ibuku. Lalu kujawab:
“Aku janji ga bakal bilangin hal ini ke ayah ibu koq.”
“Thank’s ya dik.”
“Eh, emangnya onani itu dosa ya?”
Bukan jawaban yang kudapatkan, malah tatapan kakaku yang lain dari biasanya. Bagai disihir, aku diam saja saat dia menempelkan bibirnya ke bibirku. Dilumatnya bibirku dengan lembut. Dikulumnya, lalu lidahnya mulai menembus masuk ke dalam mulutku. Aku segera menarik diri darinya, tapi ia malah memegang tanganku lalu mengarahkannya ke dadanya dan kurasakan betapa empuknya buah dada kakakku. Refleks aku berontak karena aku malu. Tetapi kakakku bilang,"lakukanlah dik seperti yang kau lakukan tempo hari padaku".
Aku kaget "ja..jadi mbak tahu apa yang kulakukan pada mbak tempo hari." jawabku gugup.
"ya" jawab kakakku.
"maafkan aku mbak..." ucapku
Belum selesai aku berkata, ia sudah melumat bibirku. Dan kali ini lidahnya berhasil memasuki mulutku. Kami berciuman sangat lama. Setelah puas berciuman, Ia malah menarikku ke kamarnya. Disana aku direbahkan, dan ia membuka celana dan CD ku. Kakakku tersenyum melihat kemaluanku yang sudah mengacung tegak. Ukurannya sekitar 18 cm. Lebih panjang dari punya pacar kakakku, Hendra.
Melihat kakakku tersenyum, aku mulai menarik ke atas baju kakakku. Rupanya kakakku sudah membuka Branya sehingga akupun bisa langsung melihat payudaranya yang berukuran 36B itu. Kumulai menyentuh dan meremas Payudara kakakku yang lembut, sementara baju dan jilbabnya masih terpasang walaupun agak kusut. Kakakku menggelinjang merasakan kenikmatan dan mendesah keenakan.
Setelah aku melihat kakaku sudah terangsang, Aku membuka CD warna hitam kakakku sehingga kini terpangpanglah kemaluan kakakku yang berbulu lebat tapi halus itu.

Sekarang aku memegang kemaluanku dan mengarahkan kemaluanku ke mulutnya. Dia menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ayo donk mbak! Isep! Kayak mbak ngelakuinnya buat pacar mbak.”
“Koq kamu tahu?”
“Ya tahu donk..kan aku sering ngintipin mbak begituan ama pacar mbak"
“Ayo mbak.” Rengekku.
Kakakku pun mulai tertantang mempraktekkan kemampuan lidahnya. Kemaluanku segera diaremas-rems. Setelah itu dijilati dengan penuh gairah, seolah itu adalah lollipop yang manis. Kakakku pun mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya. Tidak bisa semua, tapi setidak-tidaknya sudah setengah yamg masuk. Di gigit-gigit kecil kepala kemaluanku sambil memainkan buah pelirnya. Akupun memejamkan mata keenakan.

Kakakku melepaskan kemaluanku dari mulutnya, tangannya mengangkat baju panjangnya dan menempelkan kemaluanku ke payudaranya aku pun membuka mataku. Lalu meraih kuraih kemaluanku, kuarahkan kemaluan itu ke kekemaluannya yang sedari tadi sudah basah. Kugosok-gosoknya ke klitorisnya, aku jadi merinding dibuatnya. Desahan tak karuan pun keluar dari mulutku. Di satu sisi aku tahu ini salah, tapi di sisi lain, aku benar-benar menikmatinya.

Setelah puas bermain-main dingan klitorisnya, kemaluanku segera ku arahkan ke lubang kemaluannya. Tetapi kakakku bilang "Jangan dimasukan, aku masih perawan. Ditempelkan dan digosokan aja seperti tempo hari"
Akupun mengangguk dan segera ku tempelkan dan kugosokan kemaluanku ke kemaluan kakakku. Setelah beberapa saat kemaluanku ku tekan tekan ke lubang kemaluan kakakku maka crot...crot.. crott spermaku menyembur di perut kakakku.
Dengan kemaluan masih menempel di perut kakakku, kami mulai bercumbu lagi, kujilat payudara kakaku sampai perutnya. Setelah itu kami mengambil posisi 69. Aku pun mulai menjilati kemaluannyanya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya. Sementara ia menjilati kemaluanku.

Kami saling berpelukan bugil, setelah puas bermain, kami pun menuju kamar mandi, namun belum sempat bermain di kamar mandi, kudengar suara mobil orangtuaku. KAmi cepat-cepat kembali ke kamar dan berpakaian. Saat orangtua kami masuk, aku sudah berpakaian lengkap sedang kakaku pun sudah berpakaian lengkap dengan jilbabnya. Sejujurnya saat itu aku sedang tegang dan gugup. Untunglah orangtuaku tak curiga. Kami pun ternsenyum berdua dengan penuh arti. Sejak saat itu kami saling memuaskan walupun tidak sampai memasukan kemaluanku kedalam kemaluannya karena aku takut kakakku kehilangan keperawanannya. Kadang-kadang kami juga main di sofa, di lantai, dan kamar mandi.

Bibiku Adalah Cintaku

Kisah telanjang,  Semenjak aku SMA, aku selalu pilih-pilih dalam mencintai wanita. Itulah mungkin yang mengakibatkan aku tidak pernah mendekati seorang cewek pun di SMA. Padahal boleh dibilang aku ini bukan orang yang jelek-jelek amat. Para gadis sering histeris ketika melihat aku beraksi dibidang olahraga, seperti basket, lari dan sebagainya. Dan banyak surat cinta cewek yang tidak kubalas. Sebab aku tidak suka mereka. Untuk masalah pelajaran aku terbilang normal, tidak terlalu pintar, tapi teman-teman memanggilku kutu buku, padahal masih banyak yang lebih pintar dari aku, mungkin karena aku mahir dalam bidang olahraga dan dalam pelajaran aku tidak terlalu bodoh saja akhirnya aku dikatakan demikian.

Ketika kelulusan, aku pun masuk kuliah di salah satu perguruan tinggi di Malang. Di sini aku numpang di rumah bibiku. Namanya Dewi. Aku biasanya memanggilnya mbak Dewi, kebiasaan dari kecil mungkin. Ia tinggal sendirian bersama kedua anaknya, semenjak suaminya meninggal ketika aku masih SMP ia mendirikan usaha sendiri di kota ini. Yaitu berupa rumah makan yang lumayan laris, dengan bekal itu ia bisa menghidupi kedua anaknya yang masih duduk di SD.

Ketika datang pertama kali di Malang, aku sudah dijemput pakai mobilnya. Lumayanlah, perjalanan dengan menggunakan kereta cukup melelahkan. Pertamanya aku tak tahu kalau itu adalah mbak Dewi. Sebab ia kelihatan muda. Aku baru sadar ketika aku menelpon hp-nya dan dia mengangkatnya. Lalu kami bertegur sapa. Hari itu juga jantungku berdebar. Usianya masih 32 tapi dia sangat cantik. Rambutnya masih panjang terurai, wajahnya sangat halus, ia masih seperti gadis. Dan di dalam mobil itu aku benar-benar berdebar-debar.

“Capek Dek Iwan?”, tanyanya.

“Iyalah mbak, di kereta duduk terus dari pagi”, jawabku. “Tapi mbak Dewi masih cantik ya?”

Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu”.

Selama tinggal di rumahnya mbak Dewi. Aku sedikit demi sedikit mencoba akrab dan mengenalnya. Banyak sekali hal-hal yang bisa aku ketahui dari mbak Dewi. Dari kesukaannya, dari pengalaman hidupnya. Aku pun jadi dekat dengan anak-anaknya. Aku sering mengajari mereka pelajaran sekolah.

Tak terasa sudah satu semester lebih aku tinggal di rumah ini. Dan mbak Dewi sepertinya adalah satu-satunya wanita yang menggerakkan hatiku. Aku benar-benar jatuh cinta padanya. Tapi aku tak yakin apakah ia cinta juga kepadaku. Apalagi ia adalah bibiku sendiri. Malam itu sepi dan hujan di luar sana. Mbak Dewi sedang nonton televisi. Aku lihat kedua anaknya sudah tidur. Aku keluar dari kamar dan ke ruang depan. Tampak mbak Dewi asyik menonton tv. Saat itu sedang ada sinetron.

“Nggak tidur Wan?”, tanyanya.

“Masih belum ngantuk mbak”, jawabku.

Aku duduk di sebelahnya. Entah kenapa lagi-lagi dadaku berdebar kencang. Aku bersandar di sofa, aku tidak melihat tv tapi melihat mbak Dewi. Ia tak menyadarinya. Lama kami terdiam.

“Kamu banyak diam ya”, katanya.

“Eh..oh, iya”, kataku kaget.

“Mau ngobrolin sesuatu?”, tanyanya.

“Ah, enggak, pingin nemeni mbak Dewi aja”, jawabku.

“Ah kamu, ada-ada aja”

“Serius mbak”

“Makasih”

“Restorannya gimana mbak? Sukses?”

“Lumayanlah, sekarang bisa waralaba. Banyak karyawannya, urusan kerjaan semuanya tak serahin ke general managernya. Mbak sewaktu-waktu saja ke sana”, katanya. “Gimana kuliahmu?”

“Ya, begitulah mbak, lancar saja”, jawabku.

Aku memberanikan diri memegang pundaknya untuk memijat. “Saya pijetin ya mbak, sepertinya mbak capek”.

“Makasih, nggak usah ah”

“Nggak papa koq mbak, cuma dipijit aja, emangnya mau yang lain?”

Ia tersenyum, “Ya udah, pijitin saja”

Aku memijiti pundaknya, punggungnya, dengan pijatan yang halus, sesekali aku meraba ke bahunya. Ia memakai tshirt ketat. Sehingga aku bisa melihat lekukan tubuh dan juga tali bh-nya. Dadanya mbak Dewi besar juga. Tercium bau harum parfumnya.

“Kamu sudah punya pacar Wan?”, tanya mbak Dewi.

“Nggak punya mbak”

“Koq bisa nggak punya, emang nggak ada yang tertarik ama kamu?”

“Saya aja yang nggak tertarik ama mereka”

“Lha koq aneh? Denger dari mama kamu katanya kamu itu sering dikirimi surat cinta”

“Iya, waktu SMA. Kalau sekarang aku menemukan cinta tapi sulit mengatakannya”

“Masa’?”

“Iya mbak, orangnya cantik, tapi sudah janda”, aku mencoba memancing.

“Siapa?”

“Mbak Dewi”.

Ia ketawa, “Ada-ada saja kamu ini”.

“Aku serius mbak, nggak bohong, pernah mbak tahu aku bohong?”,

Ia diam.

“Semenjak aku bertemu mbak Dewi, jantungku berdetak kencang. Aku tak tahu apa itu. Sebab aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya. Semenjak itu pula aku menyimpan perasaanku, dan merasa nyaman ketika berada di samping mbak Dewi. Aku tak tahu apakah itu cinta tapi, kian hari dadaku makin sesak. Sesak hingga aku tak bisa berpikir lagi mbak, rasanya sakit sekali ketika aku harus membohongi diri kalau aku cinta ama mbak”, kataku.

“Wan, aku ini bibimu”, katanya.

“Aku tahu, tapi perasaanku tak pernah berbohong mbak, aku mau jujur kalau aku cinta ama mbak”, kataku sambil memeluknya dari belakang.

Lama kami terdiam. Mungkin hubungan yang kami rasa sekarang mulai canggung. Mbak Dewi mencoba melepaskan pelukanku.

“Maaf wan, mbak perlu berpikir”, kata mbak Dewi beranjak. Aku pun ditinggal sendirian di ruangan itu, tv masih menyala. Cukup lama aku ada di ruangan tengah, hingga tengah malam kira-kira. Aku pun mematikan tv dan menuju kamarku. Sayup-sayup aku terdengar suara isak tangis di kamar mbak Dewi. Aku pun mencoba menguping.

“Apa yang harus aku lakukan?….Apa…”

Aku menunduk, mungkin mbak Dewi kaget setelah pengakuanku tadi. Aku pun masuk kamarku dan tertidur. Malam itu aku bermimpi basah dengan mbak Dewi. Aku bermimpi bercinta dengannya, dan paginya aku dapati celana dalamku basah. Wah, mimpi yang indah.

Paginya, mbak Dewi selesai menyiapkan sarapan. Anak-anaknya sarapan. Aku baru keluar dari kamar mandi. Melihat mereka dari kejauhan. Mbak Dewi tampak mencoba untuk menghindari pandanganku. Kami benar-benar canggung pagi itu. Hari ini nggak ada kuliah. Aku bisa habiskan waktu seharian di rumah. Setelah ganti baju aku keluar kamar. Tampak mbak Dewi melihat-lihat isi kulkas.

“Waduh, wan, bisa minta tolong bantu mbak?”, tanyanya.

“Apa mbak?”

“Mbak mau belanja, bisa bantu mbak belanja? Sepertinya isi kulkas udah mau habis”,katanya.

“OK”

“Untuk yang tadi malam, tolong jangan diungkit-ungkit lagi, aku maafin kamu tapi jangan dibicarakan di depan anak-anak”, katanya. Aku mengangguk.

Kami naik mobil mengantarkan anak-anak mbak Dewi sekolah. Lalu kami pergi belanja. Lumayan banyak belanjaan kami. Dan aku menggandeng tangan mbak Dewi. Kami mirip sepasang suami istri, mbak Dewi rasanya nggak menolak ketika tangannya aku gandeng.Mungkin karena barang bawaannya banyak. Di mobil pun kami diam. Setelah belanja banyak itu kami tak mengucapkan sepatah kata pun. Namun setiap kali aku bilang ke mbak Dewi bahwa perasaanku serius.

Hari-hari berlalu. Aku terus bilang ke mbak Dewi bahwa aku cinta dia. Dan hari ini adalah hari ulang tahunnya. Aku membelikan sebuah gaun. Aku memang menyembunyikannya. Gaun ini sangat mahal, hampir dua bulan uang sakuku habis. Terpaksa nanti aku minta ortu kalau lagi butuh buat kuliah.

Saat itu anak-anak mbak Dewi sedang sekolah. Mbak Dewi merenung di sofa. Aku lalu datang kepadanya. Dan memberikan sebuah kotak hadiah.

“Apa ini?”, tanyanya.

“Kado, mbak Dewikan ulang tahun hari ini”,

Ia tertawa. Tampak senyumnya indah hari itu. Matanya berkaca-kaca ia mencoba menahan air matanya. Ia buka kadonya dan mengambil isinya. Aku memberinya sebuah gaun berwarna hitam yang mewan.

“Indah sekali, berapa harganya?”, tanyanya.

“Ah nggak usah dipikirkan mbak”, kataku sambil tersenyum. “Ini kulakukan sebagai pembuktian cintaku pada mbak”

“Sebentar ya”, katanya. Ia buru-buru masuk kamar sambil membawa gaunnya.

Tak perlu lama, ia sudah keluar dengan memakai baju itu. Ia benar-benar cantik.

“Bagaimana wan?”, tanyanya.

“Cantik mbak, Superb!!”, kataku sambil mengacungkan jempol.

Ia tiba-tiba berlari dan memelukku. Erat sekali, sampai aku bisa merasakan dadanya. “Terima kasih”

“Aku cinta kamu mbak”, kataku.

Mbak Dewi menatapku. “Aku tahu”

Aku memajukan bibirku, dan dalam sekejap bibirku sudah bersentuhan dengan bibirnya. Inilah first kiss kita. Aku menciumi bibirnya, melumatnya, dan menghisap ludahnya. Lidahku bermain di dalam mulutnya, kami berpanggutan lama sekali. Mbak Dewi mengangkat paha kirinya ke pinggangku, aku menahannya dengan tangan kananku. Ia jatuh ke sofa, aku lalu mengikutinya.

“Aku juga cinta kamu wan, dan aku bingung”, katanya.

“Aku juga bingung mbak”

Kami berciuman lagi. Mbak Dewi berusaha melepas bajuku, dan tanpa sadar, aku sudah hanya bercelana dalam saja. Penisku yang menegang menyembul keluar dari CD. Aku membuka resleting bajunya, kuturunkan gaunnya, saat itulah aku mendapati dua buah bukit yang ranum. Dadanya benar-benar besar. Kuciumi putingnya, kulumat, kukunyah, kujilati. Aku lalu menurunkan terus hingga ke bawah. Ha? Nggak ada CD? Jadi tadi mbak Dewi ke kamar ganti baju sambil melepas CD-nya.

“Nggak perlu heran Wan, mbak juga ingin ini koq, mungkin inilah saat yang tepat”, katanya.

Aku lalu benar-benar menciumi kewanitaannya. Kulumat, kujilat, kuhisap. Aku baru pertama kali melakukannya. Rasanya aneh, tapi aku suka. Aku cinta mbak Dewi. Mbak Dewi meremas rambutku, menjambakku. Ia menggelinjang. Kuciumi pahanya, betisnya, lalu ke jempol kakinya. Kuemut jempol kakinya. Ia terangsang sekali. Jempol kaki adalah bagian paling sensitif bagi wanita.

“Tidak wan, jangan….AAAHH”, mbak Dewi memiawik.

“Kenapa mbak?” kataku.

Tangannya mencengkram lenganku. Vaginanya basah sekali. Ia memejamkan mata, tampak ia menikmatinya. “Aku keluar wan”

Ia bangkit lalu menurunkan CD-ku. Aku duduk di sofa sambil memperhatikan apa yang dilakukannya.

“Gantian sekarang”, katanya sambil tersenyum.

Ia memegang penisku, diremas-remas dan dipijat-pijatnya. Oh…aku baru saja merasakan penisku dipijat wanita. Tangan mbak Dewi yang lembut, hangat lalu mengocok penisku. Penisku makin lama makin panjang dan besar. Mbak Dewi menjulurkan lidahnya. Dia jilati bagian pangkalnya, ujungnya, lalu ia masukkan ujung penisku ke dalam mulutnya. Ia hisap, ia basahi dengan ludahnya. Ohh…sensasinya luar biasa.

“Kalau mau keluar, keluar aja nggak apa-apa wan”, kata mbak Dewi.

“Nggak mbak, aku ingin keluar di situ aja?”, kataku sambil memegang liang kewanitaannya.

Ia mengerti, lalu aku didorongnya. Aku berbaring, dan ia ada di atasku. Pahanya membuka, dan ia arahkan penisku masuk ke liang itu. Agak seret, mungkin karena memang ia tak pernah bercinta selain dengan suaminya. Masuk, sedikit demi sedikit dan bless….Masuk semuanya. Ia bertumpu dengan sofa, lalu ia gerakkan atas bawah.

“Ohh….wan…enak wan…”, katanya.

“Ohhh…mbak…Mbak Dewi…ahhh…”, kataku.

Dadanya naik turun. Montok sekali, aku pun meremas-remas dadanya. Lama sekali ruangan ini dipenuhi suara desahan kami dan suara dua daging beradu. Plok…plok..plok..cplok..!! “Waan…mbak keluar lagi…AAAHHHH”

Mbak Dewi ambruk di atasku. Dadanya menyentuh dadanku, aku memeluknya erat. Vaginanya benar-benar menjepitku kencang sekali. Perlu sedikit waktu untuk ia bisa bangkit. Lalu ia berbaring di sofa.

“Masukin wan, puaskan dirimu, semprotkan cairanmu ke dalam rahimku. Mbak rela punya anak darimu wan”, katanya.

Aku tak menyia-nyiakannya. Aku pun memasukkannya. Kudorong maju mundur, posisi normal ini membuatku makin keenakan. Aku menindih mbak Dewi, kupeluk ia, dan aku terus menggoyang pinggulku. Rasanya udah sampai di ujung. Aku mau meledak. AAHHHH….

“Oh wan…wan…mbak keluar lagi”, mbak Dewi mencengkram punggungku. Dan aku menembakkan spermaku ke rahimnya, banyak sekali, sperma perjaka. Vaginanya mbak Dewi mencengkramku erat sekali, aku keenakkan. Kami kelelahan dan tertidur di atas sofa, Aku memeluk mbak Dewi.

Siang hari aku terbangun oleh suara HP. Mbak Dewi masih di pelukanku. Mbak Dewi dan aku terbangun. Kami tertawa melihat kejadian lucu ini. Waktu jamnya menjemput anak-anak mbak Dewi sepertinya.

Mbak Dewi menyentuh penisku. “Ini luar biasa, mbak Dewi sampe keluar berkali-kali, Wan, kamu mau jadi suami mbak?”

“eh?”, aku kaget.

“Sebenarnya, aku dan ibumu itu bukan saudara kandung. Tapi saudara tiri. Panjang ceritanya. Kalau kamu mau, aku rela jadi istrimu, asal kau juga mencintai anak-anakku, dan menjadikan mereka juga sebagai anakmu”, katanya.

Aku lalu memeluknya, “aku bersedia mbak”.

Setelah itu entah berapa kali aku mengulanginya dengan mbak Dewi, aku mulai mencoba berbagai gaya. Mbak Dewi sedikit rakus setelah ia menemukan partner sex baru. Ia suka sekali mengoral punyaku, mungkin karena punyaku terlalu tangguh untuk liang kewanitaannya. hehehe…tapi itulah cintaku, aku cinta dia dan dia cinta kepadaku. Kami akhirnya hidup bahagia, dan aku punya dua anak darinya. Sampai kini pun ia masih seperti dulu, tidak berubah, tetap cantik.

Bercinta Bersama Kakak

Kisah telanjang, Cerita ini benar apa adanya, ini pertama kali saya mencoba untuk memberitahukan hal yang saya alami beberapa tahun yang lalu.

Nama saya Charles, umur 28 Tahun. Saya sekarang ini masih single alias bujangan dan masih tinggal bersama orang tua. Saya mempunyai seorang kakak, namanya Jovita. Umur kakak saya sekarang ini 35 Tahun dan telah bersuami namun belum memiliki anak.

Hal yang saya alami ini terjadi sekitar 8 tahun lalu. Pada saat itu saya masih berumur 20 tahun dan kakak saya berumur 27 tahun. Sejujurnya nafsu sex saya sangat besar, dan juga berkeinginan untuk ML. Namun hal itu tidak berani saya lakukan karena rasa takut akan akibat yang nantinya terjadi. Oleh karena itu, saya sering melampiaskannya dengan onani sambil menonton film porno di kamar.

Kakak pada saat itu masih berpacaran, tubuhnya lumayan lah. Kulitnya putih, badannya tidak terlalu tinggi, mata besar serta buah dadanya yang berukuran sedang. Sebesar telapak tanganku, kira-kira ukurannya 34 B.

Pagi itu papa dan mama membicarakan masalah liburan keluarga bersama kami. Rencananya mereka ingin pergi berlibur ke Malaysia. Saya dan kakak senang akhirnya kami sekeluarga bisa pergi berlibur bersama-sama karena selama ini kami tidak pernah ke Malaysia bersama.

Seminggu kemudian kami pun berangkat ke Malaysia menggunakan Air asia. Perjalanannya menghabiskan waktu 3 jam. Setibanya kami di Malaysia, kami langsung menuju ke hotel untuk beristirahat. Papa dan mama sekamar, sedangkan saya dan kakak juga sekamar.

Pada malam harinya, kulihat kakak sudah tertidur pulas. Mungkin karena kecapean dan aku pun sedang mempersiapkan diri untuk beristirahat. Pada waktu hendak menuju tempat tidur, handphone kakak bergetar, kulihat ada SMS yang masuk. Karena rasa ingin tahu, saya membuka isi SMS itu yang ternyata dari pacar kakak. Kubaca SMS yang dikirim dari pacar kakak isinya hanya ucapan selamat malam dan mimpi indah. Namun di bagian bawah SMS itu terdapat kata yang membuatku kaget. Di bagian akhir SMS itu tertulis “ Sayang nanti kalau kamu pulang, bantu ngemut burung ku yach ? Nanti aku juga akan membantu untuk membuatmu orgasme..hehehe….Enak rasanya..”

Setelah kubaca isi SMS itu aku kaget bukan main. Tak kuduga kakak sudah pernah ML bersama pacarnya. Aku simpan kembali handphonenya. Aku akan menanyakannya besok pagi pikirku dalam hati.

Keesokan harinya, waktu aku bangun kakak baru keluar dari kamar mandi. Kakak baru bangun yah ? kataku. Ia habis pipis nih, katanya. Sewaktu ia naik ke tempat tidurnya, aku pun memberanikan diri untuk menanyakan hal semalam yang kubaca dari handphonenya.

Kak, ada yang ingin Charles tanyain. Ada apa ? jawabnya. Apa kakak sudah pernah ML sama pacar kakak ? Mendengar pertanyaanku, muka kakak tiba-tiba pucat. Ia terdiam sejenak, lalu ia kerkata dengan perlahan ia Charles kakak sudah pernah ML dengan pacar kakak. Koq kamu tahu ? tanyanya, ia kak tadi malam handphone kakak bergetar dan tidak sengaja aku baca isi SMS dari pacar kakak. Charles minta maaf yah. Iya-iya ngak apa koq.
Lalu aku melanjutkan bertanya Kak enak yah ML ? dia menjawab pertama kali sih sakit dan perih karena kakak masih perawan, tapi setelah itu rasanya enak banget. Kamu jangan ngomong ke papa sama mama yah. Iya jawabku sambil memperhatikan kakak berbicara.

Kak bisa jelaskan ke aku gimana cara ML itu ? tanyaku,
Susah untuk di jelaskan nih. Emang kamu belum pernah coba yah ? tanyanya.
Belum pernah kak, jawabku.
Kamu mau kakak ajarin ? jawabnya.
Mendengar kakak berbicara itu aku kaget. Loh kak mana bisa kita gituan ? Jawabku.
Emang sih sebenarnya ga bisa, itu kan sama aja hubungan terlarang, bisa-bisa dosa. Tapi kalau kamu mau tahu rasanya gimana yah harus coba prakteknya. Gimana ? tanyanya.
Tapi kalau kakak nanti hamil gimana donk ? tanyaku.
Kan bisa pakai kondom ? jadi ga bakal hamil deh. Kamu nanti pergi beli kondomnya di mini market yang ada di luar hotel yah. Ntar malam kakak ajarin. Jawabnya.
Iya kak nanti aku beli. Jawabku.

Kami pun segera bersiap untuk pergi bersama papa dan mama untuk mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di Malaysia. Setelah makan malam di luar hotel papa, mama dan kakak sudah kembali ke kamar, tapi aku menyempatkan diri pergi ke mini market untuk membeli kondom dulu baru balik ke kamar.

Sesampainya di kamar, kulihat kakak baru selesai mandi dan masih mengenakan handuk untuk menutupi bagian tubuhnya. Kamu dari mana ? tanyanya. Dari mini market kak, kan tadi pagi di suruh beli kondom, jawabku. Oh iya kakak sampai lupa. Papa dan mama sudah tidur ? tanyanya. Rasanya sudah kak, soalnya tadi sewaktu aku ketuk pintu kamarnya ga ada yang bukain.

Kamu pergi mandi sana, perintahnya. Iya kak, jawabku.
Sehabis mandi, aku juga mengenakan handuk untuk menutupi bagian bawah tubuhku. Sewaktu keluar dari kamar mandi, kulihat kakak sudah berada di atas tempat tidurnya sambil membuka bungkus kondom yang baru kubeli tadi.

Kemari naik ke tempat tidur kakak, perintahnya.
Iya kak, jawabku.
Sekarang kamu lihat yah baik-baik tubuh kakak. Belum sempat aku menjawab, kakak sudah membuka handuk yang tadi ia pakai untuk menutupi tubuhnya. Sentak aku kaget dan terdiam melihat tubuh kakakku yang begitu mulus serta buah dadanya yang menggantung dan kulihat vaginanya yang tidak di tumbuhi oleh bulu. Mungkin kakak juga memotong bulu nya, pikirku dalam hati karena aku juga memotong bulu yang berada di sekitar burungku.

Masih asyik melihat tubuh kakak, tiba-tiba kakak berkata “ sini kamu remas atau apakan buah dada kakak terserah kamu deh. Dengan hati-hati aku memegang buah dada yang berukuran 34 B itu. Begitu aku memegang buah dada nya, Nampak wajah kakak yang sedang menikmati sentuhanku. Kesempatanku untuk mempraktekkan aksi pemain video porno yang aku sering nonton di kamar. Pikirku dalam hati.

Sambil memegang, aku sedikit meremas dan memutar-mutar puting susunya. Oh…umm…suara yang keluar dari mulut kakak. Semakin bersemangat aku beraksi mendengar suara kakak yang terangsang. Aku langsung mencium dan mengisap puting susu nya. Sesekali aku gigit kecil putingnya. Sungguh nikmat rasanya. Rupanya ini rasanya mengulum buah dada, pikirku dalam hati. Namun aku tak mau pikirkan itu, aku lanjutkan aksiku dengan meremas buah dada sebelahnya..tiba-tiba ia menarik kepalaku.
Kakak sudah basah, sini buka handuk kamu. Aku pun membuka handuk yang menutupi sebagian tubuhku.

Melihat burungku yang sudah berdiri tegang, kakak tersenyum dan langsung menarik tubuhku sampai aku tertidur di ranjang. Tiba-tiba dia sudah berada di dekat selangkanganku dan sudah memegang burungku . aku merasa sensasi yang belum pernah kurasakan. Sambil memegang kakak berkata sekarang kamu rasakan gimana enaknya di emmut..

Tangannya langsung mengocok burungku sambil sesekali lidahnya ia permainkan di sekitar kepala burungku..oh…enak sekali kak…jangan berhenti…kataku..
Semakin bersemangat ia beraksi setelah mendengar eranganku, tiba-tiba burungku ia masukkan ke dalam mulutnya sambil mengisap dan mengocoknya. Muka ku merasa panas. Setelah kakak puas memainkan burungku, kakak menyuruhku untuk membelai vaginanya.

Aku patuh dengan perintahnya. Begitu ku belai, ia tersentak dan memegang dadanya sendiri. Ku coba menggerakkan tanganku di daerah klitorisnya. Ia pun seperti keenakan dengan tindakanku. Semakin bersemangat aku bermain di sekitar klitoris kakak. Kucoba mainkan dengan lidahku sambil sesekali aku gigit klitorisnya dan menghisapnya..sensasi ini sungguh luar biasa…jantungku berdetak kencang…

Ohh..enak sekali…kamu buat kakak basah sekali Charles. Sering nonton bokep yah ? tanyanya.
Ia kak..jawabku sambil tersenyum. Pantess…jawabnya.
Sini burungmu, kakak pakaikan kondom. Kakak sudah ga tahan. Selesai memakaikan kondom, kakak menyuruhku berbaring.

Ternyata dia suka dengan posisi Women on Top. Begitu aku berbaring, ia memegang burungku dan berusaha untuk memasukkannya ke dalam vaginanya yang sudah basah karena aksiku tadi. Begitu burungku menyentuh bibir vaginanya, ia mendesah. Akhh….ahhkk… dan masuklah burungku ke dalam vaginanya.

Dia pun menggerakkan badnnya dengan lincah sambil sesekali memutarkan pinggulnya. Sungguh nikmat rasanya.. kak enak banget kak.. rasanya seperti di jepit-jepit kak..enakk ouhhh…ohh….mendengar suaraku kakak semakin memompa tubuhnya yang sedang berada di atasku..akh…akkh…enakk…oh….
Aku sudah mau orgasme Charles..akh…semakin ia percepat gerakannya…2menit kemudian kakak pun orgasme. Ackhhh…akuu…datang…ahhh…kurasa cairan panas yang mengalir turun di sekitar burungku. Kupikir itu adalah cairan milik kakak karena orgasme tadi..ia pun tersenyum melihatku.

Lalu aku dengan berani meminta kakakku untuk mengganti posisi. Sekarang aku mau ia nungging alias Doggy Style. Ia pun tersenyum dan menuruti kata-kataku. Begitu ia sudah nungging kulihat vaginanya dari belakang, sungguh nikmat melihat vaginanya karena daging di sekitar bibir nya begitu tebal. Perlahan ku masukkan burungku ke dalam vaginanya, oh…hangat sekali..yang ini lebih enak di bandingkan waktu kakak mengemut burungku..dengan kaku ku gerakkan maju mundur pantatku..dia pun mencoba menuntunku dengan menggerakkan pantatnya maju mundur..

Lama kelamaan gerakanku mulai stabil dan tidak kaku lagi.. sesekali aku meremas buah dada kakak yang Nampak menggantung dari belakang sambil kucium pundak dan lehernya..ia pun mengerang dengan hebat serta semakin liar menggerakkan pantatnya. Nikmat sekali kak…akhh…ku pegang pinggulnya sambil ku maju – mundurkan pantatku..sesekali ku dorong keras-keras pantatku sehingga burungku masuk lebih dalam lagi ke vaginanya..akhhh enak…kamu pinter juga yah…Charles..ahh..desahan kakak.

10 menit lamanya burungku berada di dalam vaginanya, dan kurasa spermaku akan keluar..kupercepat gerakanku dan sepertinya kakak mengerti kalau aku akan orgasme, diapun makin mempercepat gerakan pantatnya..akh….kak….oh….ouhhh…akkuu…suudahh..mauu ..oh..keluar…serasa kaki, lutut, paha dan pinggangku terkunci dan kakak langsung mencabut burungku dari vaginanya dan dengan cepat ia membuka kondom yang terpasang di burungku.

Ia pun langsung mengocok dan memasukkan burungku ke dalam mulutnya…croot…ccrrooott….kurasa badanku tersentak beberapa kali…sungguh nikmat rasanya….begitu selesai kakak mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya. Aku pun langsung berbaring di tempat tidur..kami melewati malam yang indah di Malaysia. Ia pun dengan wajah kecapean berkata, gimana enakkan rasanya ??

Iya kak rasanya enak banget..terima kasih…sering-sering yah kalau bisa..sambi tersenyum kakak mencubitku dan berkata enak aja..nanti kita lihatlah gimana, jawabnya.

Kami pun melewati liburan dengan bahagia bersama papa dan mama. Sampai sekarang kami berdua masih sesekali bercinta kalau suami kakak sedang keluar kota.
Semoga dengan cerita ini saya bisa sadar bahwa apa yang telah kulakukan bersama kakak adalah salah.
Sekian dan Terima kasih.

Ayahku Dan Isteriku

Kisah telanjang,  Aku ingin menceritakan kisahku sendiri. Dalam forum ini, umumnya kaum prialah yang selingkuh dan mengkhianati kaum wanitanya. suami mengkhianati istrinya. tapi dalam kisahku ini justru istrikulah mengkhianatiku dengan berselingkuh dengan ayah kandungku sendiri.

Semua dimulai ketika aku sakit tipus dan harus dirawat di sebuah RS swasta di Semarang 2 tahun yang lalu.
Penyebabnya aku bekerja terlalu keras, demi mengejar promosi untuk diangkat sebagai kepala divisi pemasaran di perusahaanku. Syarat utamanya aku harus meningkatkan jumlah penjualanku bersama tim yang aku pimpin saat ini. Untuk informasi pembaca, jabatan kepala divisi pemasaran saat ini memang sedang kosong. sebelumnya atasanku yang menjabat sebagai kepala divisi pemasaran itu, sudah mengundurkan diri karena tidak kuat dalam menanggung beban kerja yang menggila.

Memang jadi kepala divisi pemasaran sangat berat beban kerjanya. Maklum, kami ini adalah salah satu ujung tombak maju-mundurnya perusahaan ini. Namun karena penghasilan dan bonusnya sangat besar, bisa mencapai 2 M/bulan, jadilah aku dan ketiga teman kerjaku yang bersaing untuk memperebutkan jabatan itu.
Di antara kami berempat, hanya aku saja yang prestasinya stabil. Penjualan pribadi dan penjualan timku selalu sesuai target bulanan yang ditetapkan manajemen pusat. Hanya saja kami harus berusaha lebih keras lagi, kalau ingin bisa menjadi juara perusahaan. Dalam hal ini tentu saja dengan diangkatnya aku sebagai kepala divisi pemasaran yang baru di perusahaanku. Sementara timku yang notabene bawahanku tentu saja akan meningkat bonus dan gajinya, jika menjadi juara perusahaan-gelar dari kompetisi tahunan dalam perusahaan kami, untuk tim pemasaran dengan prestasi penjualan terbaik selama setahun ke depan. Makanya kami bahu membahu agar bisa mencapai tujuan itu.

Hanya saja dalam berjuang di kompetisi ini, aku jadi melupakan hak-hak diriku sebagai seorang individu. Aku jarang berolahraga. Kalau sebelumnya aku rutin angkat beban di gym 3 kali seminggu, renang dan bersepeda 2 kali seminggu, kali ini aku hanya renang dan bersepeda saja. Itupun jarang kulakukan. Kalau sebelumnya aku rutin mengkonsumsi makanan bergizi yang disediakan istriku, sekarang aku justru makan seadanya, bahkan tak jarang makan makanan yang tak sehat alias junk food dan fast food.

Sudah begitu, waktu istirahatku juga berkurang drastis. Biasanya aku tidur 7-8 jam perhari, sekarang hanya 5-6 jam perhari. Akhir pekan yang dulu sering kupakai buat beristirahat, olahraga dan bersenang-senang bersama keluarga, kugunakan buat presentasi dan promosi kepada klien bersama timku. Lengkaplah persyaratanku untuk sakit, apalagi ditambah beban kerja yang begitu berat yang harus kutanggung sejak 2 bulan terakhir-saat aku dan timku memutuskan untuk menjadi dan menjuarai juara perusahaan.

Setelah berjuang selama 6 bulan, akhirnya aku harus menerima kenyataan. Aku jatuh sakit dan mau tidak mau harus dirawat di RS selama 4 bulan lamanya. Buyar sudah impianku untuk menjadi kepala divisi pemasaran. Namun kerugianku tidak sampai di situ saja. Hal yang lebih menyakitkan adalah ketika aku tahu justru di saat aku sakit, istriku memanfaatkannya untuk berselingkuh dengan ayahku sendiri.

Awalnya adalah hari senin itu. Ayah dan ibuku yang tinggal di kampung datang menengokku. Ayah dan ibuku memang jarang menengokku dan keluarga. Selain kampungnya jauh di Kalimantan sana, juga mereka punya kesibukan sendiri. Ibuku sibuk dengan pekerjaannya sebagai tukang jahit dan usaha warung kaki lima. Sedangkan ayahku sibuk dalam usaha serabutannya seperti biasa, tenaga keamanan kontrak, guru bela diri, makelar tanah, jual beli mobil, dan sebagainya.
Saat aku melihat keduanya, aku melihat betapa kontrasnya penampilan antara ayah dengan ibuku. Ibuku tampak begitu pucat dan ringkih, akibat penyakit TBC yang pernah beliau derita 6 tahun yang lalu. Kecantikan, kebugaran dan kemudaannya seakan sirna gara-gara digerogoti penyakit yang beliau derita selama 5 bulan itu.

Sebaliknya dari ayahku, justru kekagumanku yang timbul. Beliau masih tampak gagah dan sehat seperti dulu, saat bekerja sebagai ketua satuan pengamanan sebuah perusahaan tambang di Kalimantan. Tubuhnya yang tinggi itu tampak tegap, padat, dan berisi. Bahkan kurasa kegagahannya kini semakin kentara, terlihat dari tampilan tubuhnya yang semakin kokoh dan berisi dibandingkan sebelumnya. Kudengar dari ibu, beliau kini telah menjadi anggota sekaligus pelatih dari sebuah gym terkenal di kampung kami.

Ayah dan ibuku seperti biasanya menasehatiku macam-macam. Maklum dari dulu di antara lima bersaudara, dengan aku sebagai anak tertua, hanya akulah yang paling ambisius dalam hal karir dan prestasi. Makanya mereka tak heran kalau aku jatuh sakit dan harus dirawat di RS ini. Aku hanya bisa mengangguk-angguk saja, kebiasaan yang sama kalau aku salah dan terpojok sejak dulu.

Saat aku dinasehati macam-macam itulah, istriku datang. Dia tampak terkejut saat melihat kedua mertuanya datang menengokku tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Memang kali ini, ayah dan ibuku spontan tiba-tiba datang. Selain ingin menjengukku juga kangen dengan cucunya, anak lelakiku yang baru berusia 3 tahun itu. Salah satu cucu pertama mereka. Perlu diketahui pembaca, saat ini aku berusia 32 tahun, istriku 27 tahun, ayahku 56 tahun dan ibuku 53 tahun. Aku menikah di usia 25, istriku 20. Anak lelakiku lahir saat usiaku 27 tahun.

Istriku tampak senang sekaligus malu saat melihat kedua mertuanya hadir. Maklum sebagai seorang menantu yang baik, dia merasa harusnya dialah yang menyambut kedatangan mertuanya dengan baik. Termasuk menjemput kedatangan mereka di bandara 3 hari sebelumnya (mereka menginap di rumah adik ketigaku yang perempuan di Semarang ini-2 dari 5 anak mereka telah tinggal di Semarang. Sisanya tinggal di Makassar, Surabaya, dan Bandung). Namun orang tuaku segera menepisnya. Merekalah yang justru meminta maaf, merasa telah merepotkan kami dengan tidak memberitahu kedatangan mereka terhadapnya terlebih dahulu.

Terlepas dari itu, dari sinilah perselingkuhan itu bermula. Kesenangan istriku dengan kehadiran mertuanya, tidak sekedar kesenangan belaka dan biasa. Kesenangan sebagaimana hubungan mertua dan menantu seperti biasanya. Tapi kesenangan dengan maksud tertentu. Dengan tujuan tertentu pula. Tak lain tak bukan, ayah mertuanya sendiri. Lelaki yang saat itu tampak begitu macho dengan sosoknya yang jangkung dan kekar.

Ya, sudah sejak lama, istriku memang naksir kepada ayahku. Maklum, ayahku memang memiliki segalanya. Pribadi yang sangat simpatik; perhatian, humoris, lembut, matang dan bertanggung jawab. Wawasannya luas dan otaknya cerdas meskipun dia hanya lulusan STM di kampung kami. Ekonominya mapan, meskipun beliau tidak kaya.

Di atas semua itu tentu saja fisiknya yang menggiurkan. Dengan tingginya yang 182 cm, beliau memiliki bahu yang bidang, lengan yang kekar dengan sepasang bisep dan trisep yang tebal, dada yang membukit liat, perut yang rata dengan otot-ototnya yang kencang, punggung yang simetris, bagaikan huruf V, pinggang yang ramping, dan terakhir pantat dan pinggul yang terpahat indah.

Daya tarik ayahku masih ditambah raut wajahnya yang keras, barisan giginya yang putih dan rapi, kulit cokelatnya yang bersih, dagunya yang persegi, dan aroma parfumnya yang kental nuansa kemaskulinannya. Membuat wanita mana saja yang melihatnya akan terpesona.

Di lain pihak, aku tak kalah kagumnya dengan penampilan istriku pagi itu. Jelas sekali kalau istriku berdandan spesial saat ini. Busana yang dipakai istriku, sebuah gaun trendi berpotongan tank top, berbelahan dada rendah, dan celana jeans tiga perempat yang ketat, membuat tubuhnya yang molek itu tercetak jelas. Ya aku sendiri mengakui kalau istriku tampak ‘yummy’ sekali pagi ini.

Aku sendiri senang-senang saja melihat penampilan istriku yang tampak niat sekali itu. Apalagi saat aku melihat ke arah ayahku, terpancar ekspresi kekaguman yang sama dari raut wajahnya yang keras. Membuat hatiku bangga, mempunyai istri secantik dan sebohai itu. Hanya saja aku tidak menyangka bahwa kekaguman ayah terhadap istriku, tidak hanya sekedar kekaguman belaka. Kekaguman itu justru berakhir ke dalam suatu jalinan asmara terlarang antara keduanya.

Sebagai lelaki yang sudah lama makan asam garam kehidupan, ayahku langsung tahu jika seorang wanita menaruh ‘rasa’ terhadapnya. Terlihat dari gerak-geriknya selama ini. Cenderung cari-cari perhatian dengan bahasa tubuhnya. Entah itu dengan lirikan mata, senyuman, untaian kata-kata, lenggak-lenggok tubuh, dan terutama gaya berbusana yang sangat menggoda. Semua itu bisa beliau lihat dari tingkah laku istriku saat ini.

Entah berapa kali ayahku melihat lirikan istriku yang dia tujukan secara khusus ke arah dirinya. Kemudian senyumannya yang menggoda, yang dia tujukan ke sang mertua. Lenggak-lenggok tubuhnya yang disengaja, dengan cara yang sangat halus, dan lagi-lagi ditujukan hanya untuk dirinya. Terutama kata-katanya yang sangat mengundang birahi. Menyebut-nyebut tentang buah pisang yang dibawa ibuku, sambil diam-diam melirik ke wajahnya lalu ke arah selangkangannya.
Merasakan itu, ayahku tampak salah tingkah. Di satu sisi dia malu sekaligus takjub melihat kenekadan aksi provokasi sang menantu kepada dirinya. Beraninya wanita muda itu, komentarnya dalam hati. Terang-terangan menggodanya di depan suami dan ibu mertuanya sendiri. Seakan tak peduli aksinya akan tercium oleh kedua orang itu. Di sisi lain, ayahku merasa sangat senang dan gembira menyadari hal itu. Sebagai lelaki normal yang sudah lama tidak merasakan nikmatnya tubuh wanita, konsekuensi dari kesibukan kerja dan kondisi kesehatan istrinya yang tak mendukung, membuat gairah hidupnya yang semula beku kembali menghangat. Bagaikan api obor yang nyaris padam, lalu dituangkan minyak hingga kembali membara. Membuat aliran darahnya memanas di sekujur tubuhnya, di sepanjang urat nadinya. Terpicu gairah birahi yang sudah lama tak dia rasakan.

Tanpa sadar, batang kebanggaannya sedikit demi sedikit mulai mengeras, membentuk tonjolan dari balik celana jeans yang dikenakannya. Terangsang melihat keindahan tubuh Anna, istriku. Siapa yang menyangka maksud hati ingin menengok sang anak, justru berakhir ‘kepanasan’? Disodori pemandangan menggiurkan dari belahan dada, ketiak, dan bagian bawah tubuh sang menantu? Anna sendiri tak kalah takjubnya melihat ‘pengerasan’ itu. Tak pernah menyangka bahwa aksinya kali ini akan sukses besar!!! Bagaikan membangunkan seekor macan yang kelaparan, dengan sekerat daging zebra. Sangat mudah sekali…
Lihatlah tonjolan di selangkangan sang ayah mertua. Begitu menggiurkan bukan? Dari siluetnya saja, sudah pasti terbayang jelas ukuran maksimalnya. Pasti besar, panjang, dan keras. Mungkin juga bentuknya melengkung ke atas. Senjata lelaki yang sangat menggiurkan. Senjata lelaki yang selama ini dia selalu impi-impikan, setiap kali dia bermasturbasi ataupun digauli oleh sang suami.

Sebaliknya ayahku tak kalah liarnya menatapi belahan dada dan bagian bawah tubuh istriku. Payudaranya tampak begitu besar, ranum dan mengkal. pasti nikmat sekali kalau bisa menikmatinya… sedangkan pinggul dan pantatnya yang begitu bulat dan padat, tercetak jelas dari balik jeansnya yang ketat, menandakan wanita ini sangat pintar menjaga tubuhnya. Tak sekalipun ada tanda-tanda lemak di sana, tak seperti wanita-wanita seusianya. Dengan porsi tubuh yang cenderung tidak terjaga setelah melahirkan. Membuatnya penasaran. Seperti apakah rasanya jika miliknya dijepit lubang nikmat sang menantu itu?

Sisa hari itu, tidak lagi membuat ayah dan istriku konsentrasi lagi. Pikiran-pikiran kotor memenuhi kepala keduanya. Obyeknya tak lain adalah daya tarik seksual dari masing-masing tubuh lawan jenisnya. Bongkahan otot tubuh sang Adonis, mertua lelakinya, dan lekukan tubuh seorang dewi Yunani, milik sang menantu. Dari tatapan-tatapan mereka saat beradu pandang, keduanya memang sudah tak sabar untuk melanjutkan momen panas itu ke dalam aksi yang nyata, adegan panas yang mendebarkan.

Ayahku merasa perlu mencari siasat. Tak butuh waktu lama suatu ide cemerlang muncul di otaknya. Kemudian dengan suara baritonnya yang khas, ayahku meminta izin kepada kami, aku dan ibuku yang sedang asyik mengobrol, mau pergi sebentar. Alasannya mau membelikan oleh-oleh buat Vito, anakku yang baru berusia 3 tahun itu. Melihat itu, istriku spontan menawarinya untuk mengantarkan ayahku berbelanja oleh-oleh. Lalu tanpa banyak cakap, keduanya langsung menghilang dari situ.

Aku dan ibuku yang asyik mengobrol, tidak menyadari adanya tanda-tanda mencurigakan itu. Bahwa ayahku dan Anna asyik saling tebar pesona sejak tadi. Kami malah asyik mengobrol, menuntaskan kangen yang menyesak di dada. Tak kami perhatikan sama sekali bahwa ayah dan istriku justru menggunakan kesempatan ini untuk berselingkuh. Gairah libido yang menggebu-gebu, membuat segalanya harus dituntaskan. Alasan membeli oleh-oleh tak lebih dari sekedar alasan. Ayahku membawa Anna dengan mobilku ke sebuah motel terdekat.

Dalam perjalanan ke sana, tak lepas-lepasnya mereka saling menggoda. Saling memegang dan meremas. Yang pria meremasi paha dan pangkal selangkangan sang wanita. Sedangkan yang wanita memijit-mijit selangkangan sang pria, mencoba merangsang sang pria lebih jauh. Begitu sampai di motel terdekat, ayahku segera registrasi. Kemudian mereka segera menuju kamar yang telah dipesan, tak sabar untuk menuntaskan gairah seksual yang begitu menggebu di dalam diri.
Di dalam sana, mereka berlomba saling melucuti baju lawan bercintanya. Kemudian mereka saling bercumbu dengan liarnya, tak lupa sambil meraba, meremas dan mencakar. Begitu keduanya telah bugil, mereka segera naik ke tempat tidur. Mula-mula mereka mempraktikkan adegan 69, ayah menikmati kemaluan istriku dengan lidah dan jari-jarinya yang kasar, sedangkan istriku asyik mengulum senjata mertuanya sambil aktif mengocoknya. Mereka saling berlomba memberikan kepuasan. Hingga akhirnya istriku menjerit panjang, tanda orgasmenya sudah sampai.

Langsung saja tanpa banyak cakap, ayahku mulai menggauli istriku. Mula-mula dalam posisi konvensional, beliau menggauli istriku dengan menindihnya. Dada bidangnya menghimpit erat payudara istriku, sedangkan kedua kaki istriku yang mulus, menjepit pinggang rampingnya erat-erat. Sementara senjata ayah menggojlok lubang birahi istriku dengan tempo yang semakin cepat dan kasar, membuat Anna sampai di puncaknya yang kedua.
Tak puas sampai di situ, ayahku lalu merubah posisinya. Kali ini istriku yang berada berada di atas pangkuannya.

Mereka kembali bergoyang dan digoyang. Memompa dan dipompa. Sesekali ayah membenamkan wajahnya untuk menyusui payudara istriku yang menggiurkan itu, membuat empunya payudara teriak-teriak keenakan. Tak berapa lama kemudian, sampailah istriku di puncaknya yang ketiga.

Penasaran dengan keperkasaan sang mertua, yang sejak tadi belum juga keluar, padahal sudah dioralnya, dan mereka sudah bercinta dalam 2 posisi yang berbeda. Sudah dia praktikkan gaya bercinta andalannya, goyang ngebor dan ngecor yang dia tiru dari para penyanyi dangdut kampungan di layar kaca, memainkan ‘pisang tanduk’ sang mertua yang sejak tadi gencar keluar-masuk ke lubang surgawinya. Padahal kalau dia praktekkan kedua teknik itu bersama suaminya dan TTM-TTMnya yang lain, tak satupun dari lelaki-lelaki itu yang masih bertahan. Pasti mereka akan keluar semuanya. Tapi kali ini? Luar biasa… bahkan kedua teknik goyangnya hanya membuat mertuanya mendesis-desis keenakan saja!!!

Didorong dendam, segera diserangnya kembali batang senjata sang mertua yang masih mengacung tegak dengan perkasanya. Membuat ayahku kembali mendesis-desis keenakan. Sayangnya acara oral ini hanya sebentar. Rupanya ayahku masih penasaran dan haus akan kenikmatan. Dimintanya istriku untuk menungging. Lalu digaulinya kembali menantunya itu dalam gaya bercinta favoritnya, gaya anjing. Kembali keduanya terseret arus nikmat birahi, bermandikan peluh yang mengkilat, membasahi tubuh keduanya yang indah bagaikan tubuh para model kebugaran.

Tak lama, kembali istriku keluar lagi untuk yang keempat kalinya. 10 menit kemudian, ketika giliran ayahku yang mulai menampakkan tanda-tanda akan keluar, langsung beliau suruh istriku berganti posisi lagi. kali ini dia jepitkan batangnya diantara kedua belah gunung kembar istriku yang menggiurkan, dan mulai bergerak maju-mundur dibantu oleh istriku. Lalu setelah digosok-gosoknya beberapa saat, crot.crot.crot.crot… muntahlah cairan-cairan birahi lelaki tua itu di wajah, dagu, leher, dan payudara istriku. Ada sekitar 8 kali semburan cairan yang tampak kental dan hangat itu ke tubuh istriku.

Istriku terus mengocok senjata ayahku, mencoba memastikan tak ada satupun cairannya yang tertinggal di batangnya. Lalu diraihnya cairan-cairan birahi lelaki itu untuk dia sapukan ke wajah dan daerah sekitar payudaranya. Sisanya dia raih dan dia telan hingga habis cairan-cairan itu. Setelahnya, keduanya sama telentang bersama dan kelelahan, efek dari persetubuhan yang panas dan liar selama sejam lebih tadi.

Puas beristirahat, keduanya segera mandi dan berbenah, membersihkan diri mereka dari tanda-tanda yang kemungkinan mencurigakan. Keduanya balik kembali ke RS tepat jam 1 siang, dengan oleh-oleh di tangan. Meskipun sempat menimbulkan keheranan dari aku dan ibu, kenapa beli oleh-oleh bisa sampai lama sekali? Sekitar 3 jam-an dari pukul 10 pagi tadi? Dengan cekatan, ayahku menjelaskan dengan alasan yang meyakinkan bahwa oleh-oleh yang mereka cari susah didapat dan membuat keduanya harus keliling-keliling dari satu pasar ke pasar lain di Semarang untuk mencarinya. Suatu jawaban yang masuk akal dan spontan diaminkan istriku.

Ketika berpamitan dari RS, aku sempat keheranan. Ketika mataku melihat ke arah belahan gaunnya yang rendah di bagian dada, payudara istriku yang putih itu, tampak agak kemerahan dan ada bekas-bekas seperti gigitan di sana? Berbeda sekali warnanya jika dibandingkan saat dia datang pertama kali ke sini pagi tadi. Namun rasa sakit yang menyerang kepalaku membuatku enggan berpikir lebih jauh.

Malamnya, ayahku datang kembali menjengukku di RS. Bedanya kali ini beliau hanya berdua saja dengan istriku. Ketika kutanyakan ke mana ibu dan Vito, nama anakku, istriku menjawab bahwa ibuku asyik bermain dengannya. Saat ini keduanya ada di rumah, asyik bermain bersama.

Entah kenapa perasaanku menjadi tidak enak malam itu. Menyaksikan ayah dan istriku berduaan bagaikan sepasang kekasih. Tidak, lebih tepatnya bagaikan sepasang suami-istri. Ayahku tampak gagah dengan kemeja kaus putih dan jins hitam yang mencetak jelas tubuhnya yang berotot, sedangkan istriku tampil dengan gaun malam ungu yang seksi, dengan model tank-top seperti tadi pagi, tetapi tanpa celana jinsnya. Seakan-akan ingin memamerkan keindahan payudara, ketiak, paha dan betisnya, yang putih dan mulus.

Mereka tidak lama menengokku. Hanya 30 menit mereka di sini, lalu keduanya segera berpamitan. Saat itulah, aku segera tersengat atas ingatan tadi siang. Melihat kedua sejoli itu keluar dari ruangan tempatku dirawat. Betapa bodohnya aku. Ya payudara istriku tadi siang, tak lain dan tak bukan ulah ayahku sendiri. Beliaulah yang membuat warnanya berubah sedemikian rupa. Mungkin dalam suatu pergumulan yang panas dan liar. Di sebuah hotel atau motel terdekat RS ini. Bukan tidak mungkin mereka akan melakukannya kembali malam ini, seperti tadi siang…..

Siaaaalllll!!!

Begitulah kisah perselingkuhan antara ayah kandungku dengan Anna, istriku, yang sayangnya masih berlangsung hingga saat ini, dan edannya, aku malah justru menikmatinya……